Selamat malam manusia.
Ini adalah hari kamis yg bahagia, karena libur. Seharian ini gue cuma diem depan laptop sambil dengerin suara merdunya Arina Ephipania yang merupakan vokalis mocca. Meskipun gue jomblo, tapi gue punya singer pribadi. Indahnya hidup gue.
Udah lumayan lama gue ga nulis tentang hal-hal serius. Gue kehabisan topik untuk di tulis. Soalnya topiknya udah gue jual ke tukang loak. Haha. Tapi hari ini gue udah dapet topik dan gue udah tau apa yang harus gue tulis. Gue akan membicarakan tentang ibu. Siap-siap tissue.
Kodrat kita sebagai manusia adalah hal terbaik yang harus kita syukuri. Karena manusia adalah mahluk ciptaan-Nya yg paling mulia. Manusia tidak seperti mahluk tuhan yang lain, manusia bisa menjalani hidupnya dengan kehendaknya sendiri. Mau jadi baik atau buruk itu terserah pada manusia itu sendiri. Tidak seperti malaikat dan setan. Malaikat di set oleh tuhan hanya untuk beribadah, tidak mungkin malaikat melakukan dosa. Begitupun dengan setan, mereka di set hanya untuk mendosakan manusia. Kayanya ga ada deh setan yg membuat manusia terjerumus ke dalam jalan yg benar.
Manusia di ciptakan oleh tuhan tidak langsung di kirim dari langit terus hidup, namun melalui proses panjang. Manusia tidak lahir dari batu atau pohon toge. Tapi manusia pada prosesnya terjadi karena pertemuan satu manusia dengan manusia lainnya dengan jenis kelamin yang berbeda, iya, mereka adalah Ayah dan Ibu kita. Ibu kita pun tidak tiba-tiba langsung hamil terus ngelahirin dalam jangka waktu 1 jam, ini bikin manusia, bukan bikin BPKB.
Butuh proses yang panjang untuk menjadikan kita sebagai seorang manusia. Mulai dari bertemunya sel sperma dengan ovum. Terus sperma itu menjadi zigot, terus berkembang sampai kepala kita mulai keliatan lalu tangan kaki mulai terbentuk, setelah itu jantung kita mulai berdenyut, lalu kita mulai menendang-nendang ke permukaan, mengkomunikasikan bahwa kita yg saat itu ada dalam rahim telah siap menjadi anak. Setelah 9 bulan kita tinggal di alam rahim, lalu kita lahir ke dunia, melihat sinar lampu untuk pertama kalinya, melihat orang-orang bahagia dan mendengar senandung adzan di telinga.
Namun, kita menangis karena mungkin waktu itu kita masih asing dengan ibu bidan dan benda-benda kedokteran yg lain. Belum tau rasanya nyaman. Lalu kita yg mungil di gendong dan di berikan ke pada ibu kita dan terlelap dalam dekapannya. Dialah ibu, wanita tangguh yg pertama kali mengajarkan rasa nyaman. Cie ibu.
Lalu kita tumbuh menjadi balita. Yang menangis di malam hari saat ibu sedang nyenyak tertidur. Yang berak saat ibu lagi enak-enaknya makan. Yang menyuci semua pakaian, menyuapi kita saat kita lapar. Siang dan malam.
Lalu kita masuk sekolah. Kita mulai beradaptasi dengan teman-teman kita. Lalu semakin besar kita jadi sering main dan lupa waktu. Sampai lupa kalo di rumah ada yang sedang cemas menantikan kepulangan kita.
Kita jadi sering makan di luar dan menghabiskan uang untuk makanan yg sebenarnya bisa di dapatkan di rumah.
Padahal, saat kuliah seperti ini, makanan rumahlah yang paling dirindukan. Meskipun itu hanya jengkol dan sambel terasi.
Semakin besar kita semakin menyusahkan dia.
Namun kemurnian hati seorang ibu adalah mutlak. Tak sedikitpun dendam dalam dirinya meskipun banyak luka di hatinya. Tak sedikitpun ada pikiran untuk membiarkan anaknya sengsara meskipun dia telah banyak menelan kekecewaan.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang tetap bertahan memberikan yang terbaik meskipun banyak terluka.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang suka jajan dan memuaskan hasrat shopping nya. Dia lebih memilih lapar asal anaknya bisa makan. Dia lebih memilih berpakaian seadanya asal anaknya tidak malu di depan teman-temannya.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang akan meninggalkan jika ada yg lebih baik. Dia akan menerima kita apa adanya, dia akan melindungi keburukan kita, menjadi cahaya saat kita gelap hati dan menjadi peneduh saat kita sedang dirundung gersangnya masalah. Belom pernah gue dengar ada ibu yang selingkuh ke anak yang lain.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang mencintai namun berharap dicintai. Yang memberi namun berharap di balas. Ibu mencintai dengan hati yang masih sama seperti saat pertama kita di lahirkan. Dia selalu bahagia melihat kita sebahagia saat dia positif hamil.
Ibu tidak seperti wanita yang lain yang merengek meminta Gadget baru. Dia akan senang dengan handphone nokia yang ringtone nya masih mozart.
Yang terpenting bagi dia adalah dunia nya, yaitu kita.
Dia tidak ingin dunianya kiamat. Dia ingin dunianya makmur dan subur berlimpah intan permata. Penduduk nya aman. Hutannya sehat. Lapisan ozonnya tidak bolong-bolong. Kaya akan oksigen dan lautnya kaya akan ikan.
Dia ingin dunia nya mejadi planet yg paling bersinar diantara jutaan planet di semesta yg bernama bumi.
Dia ingin kita menjadi orang yg hebat. Matang secara mental dan fisik. Bahagia dengan pasangan yang sejalan.
Dia akan tersenyum melihat kita bahagia. Karena dia telah menaruhkan seluruh kebahagiaannya pada kebahagiaan kita. Seluruh rasa kenyangnya pada perut kita dan seluruh jiwanya pada jiwa kita.
Gue sebagai anak masih belum bisa membahagiakan dia. Masih suka bandel dan bikin kesel. Masih suka bikin dia cemas dan khawatir. Masih suka ngelanggar pepatahnya. Masih suka lupa ngabarin.
Namun, dalam hati seorang anak gendut yang menyebalkan ini, ada angan untuk membuatmu melihat ka'bah secara dekat. Berwukuf disana dengan suami tercinta, menginap di padang arafah, melihat bintang disana dan mendo'akan adik-adikku agar menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara.
Meskipun kita bukan keluarga yang berada. Namun kau telah menwariskanku semangat,kesederhanaan dan keyakinan pada Alloh SWT. Terimakasih telah menjadikanku Islam,bu. Terimakasih telah memberikanku semangat agar aku tetap bertahan dalam keadaan ini. Terimakasih telah membekali aku dengan nasihat. Terimakasih untuk segalanya. Do'akan aku terus. Insyaalloh, aku akan sukses.
Maaf bila aku masih menyebalkan. Mungkin itulah hakikatnya seorang anak.
Semoga sampai umurku dan umurmu pada setiap harapan itu. Amin.
Selamat malam,bu.
Ini adalah hari kamis yg bahagia, karena libur. Seharian ini gue cuma diem depan laptop sambil dengerin suara merdunya Arina Ephipania yang merupakan vokalis mocca. Meskipun gue jomblo, tapi gue punya singer pribadi. Indahnya hidup gue.
Udah lumayan lama gue ga nulis tentang hal-hal serius. Gue kehabisan topik untuk di tulis. Soalnya topiknya udah gue jual ke tukang loak. Haha. Tapi hari ini gue udah dapet topik dan gue udah tau apa yang harus gue tulis. Gue akan membicarakan tentang ibu. Siap-siap tissue.
Kodrat kita sebagai manusia adalah hal terbaik yang harus kita syukuri. Karena manusia adalah mahluk ciptaan-Nya yg paling mulia. Manusia tidak seperti mahluk tuhan yang lain, manusia bisa menjalani hidupnya dengan kehendaknya sendiri. Mau jadi baik atau buruk itu terserah pada manusia itu sendiri. Tidak seperti malaikat dan setan. Malaikat di set oleh tuhan hanya untuk beribadah, tidak mungkin malaikat melakukan dosa. Begitupun dengan setan, mereka di set hanya untuk mendosakan manusia. Kayanya ga ada deh setan yg membuat manusia terjerumus ke dalam jalan yg benar.
Manusia di ciptakan oleh tuhan tidak langsung di kirim dari langit terus hidup, namun melalui proses panjang. Manusia tidak lahir dari batu atau pohon toge. Tapi manusia pada prosesnya terjadi karena pertemuan satu manusia dengan manusia lainnya dengan jenis kelamin yang berbeda, iya, mereka adalah Ayah dan Ibu kita. Ibu kita pun tidak tiba-tiba langsung hamil terus ngelahirin dalam jangka waktu 1 jam, ini bikin manusia, bukan bikin BPKB.
Butuh proses yang panjang untuk menjadikan kita sebagai seorang manusia. Mulai dari bertemunya sel sperma dengan ovum. Terus sperma itu menjadi zigot, terus berkembang sampai kepala kita mulai keliatan lalu tangan kaki mulai terbentuk, setelah itu jantung kita mulai berdenyut, lalu kita mulai menendang-nendang ke permukaan, mengkomunikasikan bahwa kita yg saat itu ada dalam rahim telah siap menjadi anak. Setelah 9 bulan kita tinggal di alam rahim, lalu kita lahir ke dunia, melihat sinar lampu untuk pertama kalinya, melihat orang-orang bahagia dan mendengar senandung adzan di telinga.
Namun, kita menangis karena mungkin waktu itu kita masih asing dengan ibu bidan dan benda-benda kedokteran yg lain. Belum tau rasanya nyaman. Lalu kita yg mungil di gendong dan di berikan ke pada ibu kita dan terlelap dalam dekapannya. Dialah ibu, wanita tangguh yg pertama kali mengajarkan rasa nyaman. Cie ibu.
Lalu kita tumbuh menjadi balita. Yang menangis di malam hari saat ibu sedang nyenyak tertidur. Yang berak saat ibu lagi enak-enaknya makan. Yang menyuci semua pakaian, menyuapi kita saat kita lapar. Siang dan malam.
Lalu kita masuk sekolah. Kita mulai beradaptasi dengan teman-teman kita. Lalu semakin besar kita jadi sering main dan lupa waktu. Sampai lupa kalo di rumah ada yang sedang cemas menantikan kepulangan kita.
Kita jadi sering makan di luar dan menghabiskan uang untuk makanan yg sebenarnya bisa di dapatkan di rumah.
Padahal, saat kuliah seperti ini, makanan rumahlah yang paling dirindukan. Meskipun itu hanya jengkol dan sambel terasi.
Semakin besar kita semakin menyusahkan dia.
Namun kemurnian hati seorang ibu adalah mutlak. Tak sedikitpun dendam dalam dirinya meskipun banyak luka di hatinya. Tak sedikitpun ada pikiran untuk membiarkan anaknya sengsara meskipun dia telah banyak menelan kekecewaan.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang tetap bertahan memberikan yang terbaik meskipun banyak terluka.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang suka jajan dan memuaskan hasrat shopping nya. Dia lebih memilih lapar asal anaknya bisa makan. Dia lebih memilih berpakaian seadanya asal anaknya tidak malu di depan teman-temannya.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang akan meninggalkan jika ada yg lebih baik. Dia akan menerima kita apa adanya, dia akan melindungi keburukan kita, menjadi cahaya saat kita gelap hati dan menjadi peneduh saat kita sedang dirundung gersangnya masalah. Belom pernah gue dengar ada ibu yang selingkuh ke anak yang lain.
Ibu tidak seperti wanita lainnya yang mencintai namun berharap dicintai. Yang memberi namun berharap di balas. Ibu mencintai dengan hati yang masih sama seperti saat pertama kita di lahirkan. Dia selalu bahagia melihat kita sebahagia saat dia positif hamil.
Ibu tidak seperti wanita yang lain yang merengek meminta Gadget baru. Dia akan senang dengan handphone nokia yang ringtone nya masih mozart.
Yang terpenting bagi dia adalah dunia nya, yaitu kita.
Dia tidak ingin dunianya kiamat. Dia ingin dunianya makmur dan subur berlimpah intan permata. Penduduk nya aman. Hutannya sehat. Lapisan ozonnya tidak bolong-bolong. Kaya akan oksigen dan lautnya kaya akan ikan.
Dia ingin dunia nya mejadi planet yg paling bersinar diantara jutaan planet di semesta yg bernama bumi.
Dia ingin kita menjadi orang yg hebat. Matang secara mental dan fisik. Bahagia dengan pasangan yang sejalan.
Dia akan tersenyum melihat kita bahagia. Karena dia telah menaruhkan seluruh kebahagiaannya pada kebahagiaan kita. Seluruh rasa kenyangnya pada perut kita dan seluruh jiwanya pada jiwa kita.
Gue sebagai anak masih belum bisa membahagiakan dia. Masih suka bandel dan bikin kesel. Masih suka bikin dia cemas dan khawatir. Masih suka ngelanggar pepatahnya. Masih suka lupa ngabarin.
Namun, dalam hati seorang anak gendut yang menyebalkan ini, ada angan untuk membuatmu melihat ka'bah secara dekat. Berwukuf disana dengan suami tercinta, menginap di padang arafah, melihat bintang disana dan mendo'akan adik-adikku agar menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara.
Meskipun kita bukan keluarga yang berada. Namun kau telah menwariskanku semangat,kesederhanaan dan keyakinan pada Alloh SWT. Terimakasih telah menjadikanku Islam,bu. Terimakasih telah memberikanku semangat agar aku tetap bertahan dalam keadaan ini. Terimakasih telah membekali aku dengan nasihat. Terimakasih untuk segalanya. Do'akan aku terus. Insyaalloh, aku akan sukses.
Maaf bila aku masih menyebalkan. Mungkin itulah hakikatnya seorang anak.
Semoga sampai umurku dan umurmu pada setiap harapan itu. Amin.
Selamat malam,bu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar