Selamat malam puisi yg terasa seperti akhir sebuah asmara.
Malam ini sandi gendut tapi manis sedang sendirian di kamar, duduk di kasur, mendengarkan lagu sambil mengendalikan jari-jari diatas keyboard dan mencoba memahami perasaan orang-orang yang gak bisa mengganti masa lalunya. Entah itu cinta yg diam dalam diam, mantan yg pergi tanpa permisi atau rasa cinta pada seseorang yg telah pergi ke alam baka sebelum 'aku cinta kamu' terucap.
Memang sedih jika kita ngomongin perpisahan, seolah perpisahan adalah momok yg sangat menakutkan bagi orang yg sudah terlanjur membuat kita nyaman. Karena, dunia ini terlalu sempit untuk orang yg mengerti kita, peduli sama kita dan mencintai kita seutuhnya.
Namun perpisahan haruslah terjadi Seperti daun di musim semi, kita tidak bisa selamanya berharap agar dia terus tumbuh, karena musim gugur pasti akan datang menjatuhkan daun yg tumbuh di musim semi. Sama seperti kita. Kelahiran kita adalah kebahagiaan bagi setiap orang tua. Kita bagaikan daun di musim semi, indah dipandang dan menyejukkan nurani. Namun semakin kita tumbuh, semakin kita mendekati musim gugur, yang pada akhirnya kita akan jatuh sendiri karena musim gugur telah menjemput.
Sama seperti perasaan di awal pertemuan. Rasa deg-degan yg tercipta karena ketemu si doi, setiap salting yg kita lakukan saat si doi menatap mata kita sampai senyuman sederhana karena bahagia melihat dia terlihat begitu manis di hari itu. Suatu hari di masa lalu.
Namun waktu mengubah segalanya. Waktu mengubah rasa deg-degan yg tercipta karena si doi menjadi rasa deg-degan karena melihat dia sakit-sakitan terus, ketakutan akan tidak bisa melihatnya lebih lama lagi. Salting yg dulu karena ngeliat si doi lewat berubah menjadi resah tak menentu, mondar mandir, ketakutan akan hubungan yg sudah sekarat. Yang mungkin sebentar lagi akan putus.
Lalu senyuman sederhana karena bahagia saat melihat dia akan berubah menjadi senyuman tipis melihat dia bahagia bersama orang lain. Senyuman yg berharap terlihat seperti merelakan.
Pertemuan selalu indah dan perpisahan selalu membuat kita menyesali pertemuan. Mungkin kalian pernah berpikir bahwa jika berpisah dengannya menyebabkan luka sesakit ini, mengapa dia harus mengawali dengan pertemuan yg manis. Mengapa dia gak jadi orang jahat yg mungkin akan kalian benci selamanya. Agar kalian gak tau rasa sakit karena mencintainya. Namun dalam pendewasaan dan setelah mendapat cerita dari beberapa teman, itu gak semuanya benar. Gue sadar bahwa ada hal-hal manis yg bisa kita pelajari dalam perpisahan.
Perpisahan mengajarkan kita untuk lebih baik dalam menjaga seseorang. Jika kamu pernah mencintai seseorang lalu orang itu meninggal sebelum kamu menyatakan, maka di takdir berikutnya, jika kamu jatuh cinta lagi, jaga dia baik-baik, perlakukan dia seakan dia akan mati esok atau lusa, atau kita yg akan mati esok atau lusa. Jangan sampai cinta yg tak tersampaikan terulang untuk kedua kali pada orang yg berbeda.
Jika kalian pernah mencintai sepenuh hati lalu kalian di khianati, maka pada cinta yg selanjutnya kalian harus belajar untuk tidak mengkhianati. Karena kalian pernah tau gimana sakitnya di khianati. Balas dendam tidak akan pernah membuat kalian puas.
Perpisahan mengajarkan kita hal yg paling penting dalam kehidupan, yaitu menjaga dan bersyukur.
Kita sadar bahwa segala sesuatu akan hilang, namun kadang kita lupa bahwa semua yg ada akan terasa sangat berharga saat semuanya menghilang. Akhirnya, menyia-nyiakan saat masih ada, lalu mengais tanah saat dia sudah tidak ada.
Perpisahan juga mengajarkan bahwa akan ada pertemuan lain setelahnya. Pertemuan yg memberi kita kesempatan untuk memperbaiki dari apa yg sudah hilang.
Hidup kita sama seperti musim. Musim semi selalu menyenangkan, dimana bunga-bunga bermekaran, rumput hijau memproduksi oksigen yg menyejukkan dan kerinduan yg masih bikin deg-degan.
Musim panas membuat aduh-aduhan, hubungan mulai banyak cobaan, jenuh mulai melanda, bawaannya berantem terus dan bosen.
Musim gugur penuh dengan tangisan. Perpisahan yg memuakkan membuat kita menyesali segalanya. Lalu setelah air mata yg jatuh terlalu banyak, kita mengalami musim dingin. Tak tau arah. Menggigil kerinduan. Hampa. Hingga pada akhirnya kita kembali ke musim semi yg di bawa oleh seseorang yg baru.
Takdir manusia itu bersiklus. Kita selalu di beri kesempatan yg sama. Namun, manusia memang tempatnya khilaf dan salah. Kadang kita mengulangi kesalahan yang sama, lalu menunggu lama untuk berubah musim.
Dan. Ada satu hal yg ingin gue katakan.
Musim semi gue sudah lama berakhir. Sekarang gue lagi kedinginan di musim dingin yg panjang.
Berharap bertemu musim semi namun gue masih belum di izinkan oleh-Nya.
Sudah.
Selamat tidur musim semiku.
Yang mungkin baru di antar pacarnya malam mingguan.
Atau mungkin sedang biasa-biasa aja.
Selamat malam perindu.
Malam ini sandi gendut tapi manis sedang sendirian di kamar, duduk di kasur, mendengarkan lagu sambil mengendalikan jari-jari diatas keyboard dan mencoba memahami perasaan orang-orang yang gak bisa mengganti masa lalunya. Entah itu cinta yg diam dalam diam, mantan yg pergi tanpa permisi atau rasa cinta pada seseorang yg telah pergi ke alam baka sebelum 'aku cinta kamu' terucap.
Memang sedih jika kita ngomongin perpisahan, seolah perpisahan adalah momok yg sangat menakutkan bagi orang yg sudah terlanjur membuat kita nyaman. Karena, dunia ini terlalu sempit untuk orang yg mengerti kita, peduli sama kita dan mencintai kita seutuhnya.
Namun perpisahan haruslah terjadi Seperti daun di musim semi, kita tidak bisa selamanya berharap agar dia terus tumbuh, karena musim gugur pasti akan datang menjatuhkan daun yg tumbuh di musim semi. Sama seperti kita. Kelahiran kita adalah kebahagiaan bagi setiap orang tua. Kita bagaikan daun di musim semi, indah dipandang dan menyejukkan nurani. Namun semakin kita tumbuh, semakin kita mendekati musim gugur, yang pada akhirnya kita akan jatuh sendiri karena musim gugur telah menjemput.
Sama seperti perasaan di awal pertemuan. Rasa deg-degan yg tercipta karena ketemu si doi, setiap salting yg kita lakukan saat si doi menatap mata kita sampai senyuman sederhana karena bahagia melihat dia terlihat begitu manis di hari itu. Suatu hari di masa lalu.
Namun waktu mengubah segalanya. Waktu mengubah rasa deg-degan yg tercipta karena si doi menjadi rasa deg-degan karena melihat dia sakit-sakitan terus, ketakutan akan tidak bisa melihatnya lebih lama lagi. Salting yg dulu karena ngeliat si doi lewat berubah menjadi resah tak menentu, mondar mandir, ketakutan akan hubungan yg sudah sekarat. Yang mungkin sebentar lagi akan putus.
Lalu senyuman sederhana karena bahagia saat melihat dia akan berubah menjadi senyuman tipis melihat dia bahagia bersama orang lain. Senyuman yg berharap terlihat seperti merelakan.
Pertemuan selalu indah dan perpisahan selalu membuat kita menyesali pertemuan. Mungkin kalian pernah berpikir bahwa jika berpisah dengannya menyebabkan luka sesakit ini, mengapa dia harus mengawali dengan pertemuan yg manis. Mengapa dia gak jadi orang jahat yg mungkin akan kalian benci selamanya. Agar kalian gak tau rasa sakit karena mencintainya. Namun dalam pendewasaan dan setelah mendapat cerita dari beberapa teman, itu gak semuanya benar. Gue sadar bahwa ada hal-hal manis yg bisa kita pelajari dalam perpisahan.
Perpisahan mengajarkan kita untuk lebih baik dalam menjaga seseorang. Jika kamu pernah mencintai seseorang lalu orang itu meninggal sebelum kamu menyatakan, maka di takdir berikutnya, jika kamu jatuh cinta lagi, jaga dia baik-baik, perlakukan dia seakan dia akan mati esok atau lusa, atau kita yg akan mati esok atau lusa. Jangan sampai cinta yg tak tersampaikan terulang untuk kedua kali pada orang yg berbeda.
Jika kalian pernah mencintai sepenuh hati lalu kalian di khianati, maka pada cinta yg selanjutnya kalian harus belajar untuk tidak mengkhianati. Karena kalian pernah tau gimana sakitnya di khianati. Balas dendam tidak akan pernah membuat kalian puas.
Perpisahan mengajarkan kita hal yg paling penting dalam kehidupan, yaitu menjaga dan bersyukur.
Kita sadar bahwa segala sesuatu akan hilang, namun kadang kita lupa bahwa semua yg ada akan terasa sangat berharga saat semuanya menghilang. Akhirnya, menyia-nyiakan saat masih ada, lalu mengais tanah saat dia sudah tidak ada.
Perpisahan juga mengajarkan bahwa akan ada pertemuan lain setelahnya. Pertemuan yg memberi kita kesempatan untuk memperbaiki dari apa yg sudah hilang.
Hidup kita sama seperti musim. Musim semi selalu menyenangkan, dimana bunga-bunga bermekaran, rumput hijau memproduksi oksigen yg menyejukkan dan kerinduan yg masih bikin deg-degan.
Musim panas membuat aduh-aduhan, hubungan mulai banyak cobaan, jenuh mulai melanda, bawaannya berantem terus dan bosen.
Musim gugur penuh dengan tangisan. Perpisahan yg memuakkan membuat kita menyesali segalanya. Lalu setelah air mata yg jatuh terlalu banyak, kita mengalami musim dingin. Tak tau arah. Menggigil kerinduan. Hampa. Hingga pada akhirnya kita kembali ke musim semi yg di bawa oleh seseorang yg baru.
Takdir manusia itu bersiklus. Kita selalu di beri kesempatan yg sama. Namun, manusia memang tempatnya khilaf dan salah. Kadang kita mengulangi kesalahan yang sama, lalu menunggu lama untuk berubah musim.
Dan. Ada satu hal yg ingin gue katakan.
Musim semi gue sudah lama berakhir. Sekarang gue lagi kedinginan di musim dingin yg panjang.
Berharap bertemu musim semi namun gue masih belum di izinkan oleh-Nya.
Sudah.
Selamat tidur musim semiku.
Yang mungkin baru di antar pacarnya malam mingguan.
Atau mungkin sedang biasa-biasa aja.
Selamat malam perindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar