Senin, 07 Desember 2015

Resah

Aku sedang duduk di pelataran gedung A. Mendengarkan suara beberapa mahasiswa yang masih melakukan aktivitas di jam 19.57 WIB ini. Disini aku sendiri. Ini membuat indra di tubuhku menjadi sangat peka. Aku mencoba menjelaskan beberapa pesan dari partikel karbon dioksida menghantarkan keresahan karena mereka baru saja keluar dari tubuhku.

Aku resah akan sesuatu yang tidak bisa aku selesaikan dan akhirnya menjadi penyesalan. Aku resah karena aku tidak berubah segampang omongan motivator. Aku resah jika seandainya aku tidak bisa menyelesaikan dengan baik apa yang aku mulai. Aku resah akan diriku. Apa yang salah dari orang yang mencoba menjadi lebih baik ini. Apa yang salah dari orang yang selalu ingin menjadikan apa yang dia kerjakan akan menciptakan hasil yang terbaik.

Aku resah dengan kesendirianku. Aku resah bahwasannya wanita yang aku cintai menganggapku aneh dan bikin risih. Padahal, tulus ini sepertinya hanya aku yang bisa melakukannya. Aku resah mengapa aku selalu minder di depan dia. Seolah aku adalah budak yang sedang menghadap ratunya. Aku resah kenapa wanita sekitarku hanya menjadikanku badut, yang bisa mereka datangi saat butuh hiburan, lalu lebur setelah bahagia. Aku resah mengapa dia begitu, apa yang salah dari orang yang ingin wanita yang dicintainya bahagia. Apa yang salah dari seorang lelaki sederhana yang ingin bersandar di bahunya. Apa yang salah dari cinta yang sebenarnya tak juga hilang ini.

Aku resah pada keadaanku saat ini. Aku resah bahwa mungkin aku tidak akan bisa meneruskan pendidikan. Aku resah bahwa mungkin aku tidak akan seperti pertama mimpi bersuara. Aku resah pada setiap rupiah yang masuk ke dalam kantongku. Aku resah karena aku terbatasi oleh rupiah. Aku resah bahwa ternyata wanita yang aku cintai lebih memilih orang yang lebih berada. Aku resah kenapa aku tidak di beri kesempatan yang sama untuk mendapatkanmu. Apa yang salah dari orang yang ingin membahagiakan orang tuanya ini. Apa yang salah dari seorang anak yang ingin mengangkat derajat keluarganya ini. Apa yang salah dari setiap do'a yang aku panjatkan agar masa depanku lebih baik dari hari ini.

Keresahan ini membuat aku sering merenung. Lalu berandai-andai betapa bahagianya hidup dengan orang lain. Seperti punya orang untuk berbagi cerita, menyediakan sureprice di hari ulang tahunku, memperhatikanku saat sedang sakit, maen ke kosan, nonton bioskop bareng dan lain-lain. Aku resah kenapa hidupku tidak seperti teman-temanku. Kebahagiaan mereka lengkap.

Terkadang aku suka mencari perhatian.
Itu
Karena
Aku
Kesepian

Ternyata masalah kebanyakan orang yang bisa membuat orang lain tertawa adalah mereka tidak bisa tertawa seperti mereka.

Selasa, 24 November 2015

Aku sedang campur aduk sekarang


Aku sedang campur aduk sekarang. Bahagia,rindu,kecewa,biasa saja, ingin tertawa dan semuanya. Sekarang aku akan menulis tanpa menghapus dan mengedit. Biarkan semua campur aduk ini mengalir ke darah yg menggerakan jemari agar beradu dengan keyboard. Yuk mulai.

Sedih

Kamu adalah hasil dari buah pikiran yg merayu ke setiap debu-debu di nebula yang mengiritasi malam kelam. Sedikit saja harum tubuhmu mengispirasi pujangga untuk menggoreskan pena di atas nyanyian heningnya. Jerami terbakar oleh senandungmu, begitu panas sehingga hati ini leleh di buatnya. AKu berjalan-jalan ke andromeda melihat-lihat bintang kejora memancarkan air mata. Bergerak secara fiksi menuju nirwana yang semu. Mengisi rindu dan tatapan demi tatapan untuk kekasih yang sedang bercengkrama dengan orang lain yang ternyata adalah alien tak bersarang. Kita bukanlah anion dan kation yang harus selalu ada dalam sebuah reaksi, kita adalah palu dan permen, gak ada hubungan apapun sama sekali. Jika kamu bisa memberi sebuahn senyum, maka aku hanya mampu memberikanmu sebuah rasa tulus yang mungkin lebih dari ikhlas. Haha. Lucu sekali caramu tertawa, namun lebih lucu caramu menyakitiku.

Rindu

Terkadang aku rindu padamu. Rindu pada setiap butir air di kacamatamu saat hujan tun membasahi kita. AKu rindu pada setiap mengigilmu diantara udara dingin. Aku rindu pada pelukan seorang bidadari yang terjebak di bumi. Aku rindu saat kira berdua bertatapan pada layar hendpon kita masing-masing dan senyum-senyum di tempat yang berbeda sambil berbalas pesan. Rasanya saat itu tidak ada hal lain pun yang habis untuk dibicarakan. Dunia adalah milik kita berdua, namunmkita menggratiskan oranglain untuk numpang di duia kita. Aku rindu pada caramu tersipu malu, dan aku rindu pada deg-degan yang selau ser-seran saat aku bertemu denganmu. Aku rindu pada setiap oksigen yang kita perebutkan saat kita sedang duduk berduaan memakan ramen level 4, kau menyusuti keringatku. Namun sayang, makan ramen itu hanya fiktif belaka, nyatanya kau makan ramen bersama orang lain. Yang mungkin lebih pantas untuk mengajakmu kesana. Sialan. Aku rindu pada fret-fret gitar yang kau mainkan, mendengarkan suara dari gitarmu dengan mata terpejam dan mengagumi betapa menakjubkannya dirimu. Aku rindu pada alam yang sudah membuat garis tangan kita bersinggungan, untuk kembali berjauhan.

Biasa aja.  

Biasa aja sih sebenernya. Gak ada hal yang aku ingin ceritakan, namun daripaa gak ada bahan mending kita cerita ngasal aja. Jadi waktu itu ada sebuah bintang jatuh ke atas samudra atlantik. Gue sama si aurora mengejarnya menggunakan pensil warna yang kita susun menjadi sebuah rakit. Kita mengarungi lautan luas dengan rakit itu. Kita makan ikan paus di perjalanan, lumayan, bekal satu bulan. Karena gue sama aurora emang rakus. Kita makan ikan paus pake nasi yang di tumbuhkan di cianjur. Emang agak pulen, gue makan nasi pake mulut, tapi aurora pake kupingnya. Dia emang sati. Btw kita udah keluar dari perbincangan, yuk kita balik lagi. Jadi bintang yang kita kejar ternyata adalah bintang yang mampu membuat kita jadi memiliki kekuatan. Waktu itu gue menemukan bintang tu lagi santey dengan menyeruput sebuah es kelapa muda yang dia beli dari tukang batagor. Gue tangkep, akhirnya bintang itu memberi gue kekuatan sama aurora. Auroroa dapet kekuatan menghilang, dan gue dapet kekuatan membuat aurora ga bisa hilang. AKhirnya gue dan aurora memutuskan untuk pergi dan menyesali perjalanan mencari bintang jatuh ini. Karna ga berguna. Masa gue Cuma dapet kekuatan untuk membuat aurora gak bisa hilang, kan gak adil. Eeh taunya gue juga dapet kekuatan tambahan setelah sampe rumah, yaitu gue bisa jadi sarjana secara langsung tanpa skripsi. Jadi gue bisa lulus bareng angkatan 2011. Yee.

Bahagia

Aku bersyukur karena pernah menjadi seorang yang ada dalam hidup kamu. Meskipun kita cuman sebatas PDKT, dan itupun aneh. Tapi aku bahagia karena karena dekat denganmulah aku jadi tau bahwa cewe itu butuh cowo yang bikin nyaman. Aku mungkin lucu, tapi aku gak bikin nyaman. Karenamu lah aku sekarang jadi tau bahwa aku harus nyari cewe yang nyaman sama cowo aneh,gendut dan bau belerang kaya aku. Udah gitu doang.

Kecewa

Terkadang kita harus mengecewakan diri kita untuk mencegah kekecewaan lain di masa depan. Contohnya, gue kecewa karena gue ga bisa untuk menyapa kamu walau hanya “hey, nih uang satu triliun buat jajan kamu”

Ingin ketawa.

HAHA.

Yah begitulah. Meskipun tulisannya sangat aneh, tapi seengganya gue seneng. Itung-itung latihan menulis juga. Gue tau tulisan di atas emang acak-acakan. Tapi gue biarin aja. Biarkan keorisinalitasan tulisan gue jadi sejarah untuk di kenang oleh cucu dan cicit gue suatu ketika gue jadi presiden bolivia.  Ya gitu deh. Udah.

Minggu, 22 November 2015

Perspektif


Sahabat trisandiku yang sedang dirundung duka, kesedihan bukanlah sebuah jalan buntu. Justru kesedihan adalah cara tuhan merekonstruksi jalan hidup kita agar lebih indah.

Banyak kisah yang berakhir indah setelah kesedihan yang sangat pedih, lalu mengapa kita masih berpikir bahwa matahari hanya bersinar pada orang-orang yg bahagia, hujan hanya turun pada orang-orang yg punya uang, bumi yang penuh pepohonan hanya untuk orang-orang yg mempunyai pasangan dan dunia sudah runtuh bersama jutaan galaxy dibawa bersamanya. Hidupmu tidak sekacau itu.

Alam tempatmu bernafas tidak seburuk yang kamu pikir. Alam bersinergi dengan tuhan menciptakan keseimbangan dan keadilan. Matahari masih bersinar untuk siapa saja, hangatnya masih bisa di nikmati oleh siapapun, bahkan orang yang sedang putus asa sekalipun. Hujan tidak hanya turun pada orang yg bermahkotakan uang, pengemis di jalanan pun masih bisa menikmati hujan. Dunia masih belum runtuh, 650 juta galaxy masih bersinar indah di langit hitam. Hidupmu tidak sekacau itu, sahabat trisandiku.

Ada dua hal yang membedakan antara orang bahagia dengan orang yang sedih, yaitu perspektif.  Cara kamu memandang kesedihan berbeda dengan orang-orang yang kau anggap bahagia.  Apakah kamu pikir orang yang terlihat bahagia itu tidak punya kesedihan?

Tahun 2013 saya bertemu dengan seorang wanita yang kaya raya, cantik, gaul, manis dan kemana-mana bawa mobil. Almost perfect.

Waktu itu kita bertemu dalam sebuah acara musik, kebetulan teman saya adalah juga temannya. Lalu, beberapa hari kemudian kita ngobrol dan ternyata kita nyambung. Dia pribadi yang unik dan lucu. Waktu itu aku pikir ini adalah sosok bidadari.

Lalu percakapan kita mengarah ke sebuah tema tentang kehidupan masing-masing. Waktu itu saya bercerita banyak hal tentang segala kesedihan saya. Saya bercerita padanya bahwa saya adalah orang paling tidak beruntung di dunia.

Lalu dia bertanya “kamu masih punya orang tua?”

“ya, tentu. Namun mereka sedang sakit-sakitan. Saya bingung karena selagi mereka sakit saya hanya merepotkan mereka”

“Kamu tau rasanya tidak punya orang tua? Kamu tau rasanya di tinggalkan kekasih setelah semuanya di serahkan?”

“Nggak.”

“aku gatau orang tua aku siapa. Aku diadopsi dari panti asuhan dan selama 20 tahun aku tidak merasakan kasih sayang dari orang tua. Orang tua angkatku hanya memberikanku uang dan uang. Seolah uang bisa membuat aku bahagia. Lalu aku berpacaran dengan seorang lelaki, aku sudah menganggap dia sebagai orang yg menyuplai kasih sayang selain orang tua. Sudah aku serahkan seluruh yg aku punya tapi satu bulan yg lalu dia pergi bersama orang lain yang sepertinya tidak lebih baik dariku.”

“Lalu sekarang apa yang membuat kamu bahagia?”

“Caraku memandang kebahagiaan. Aku menutup mata pada kehidupan kelamku. Aku berpikir bahwa kebahagiaan itu tersebar di seluruh penjuru bumi. Masalahnya hanya mau kah kita merasakannya atau malah menggeluti kesedihan yang akhirnya akan semakin perih?.”

“Caranya?”

“Mungkin kamu tidak menyadari bahwa tuhan menciptakan dunia ini dengan penuh kebahagiaan. Seperti hal-hal kecil yg seringkali tidak disadari. Misalnya bertemu dengan banyak teman, ngopi di sore hari sambil menelisik suara angin dan daun-daun yg jatuh, membuat nasi goreng kambing sendiri dan jika seandainya kamu tidak punya hal lain yg bisa di lakukan, beruntunglah karena kamu masih punya bibir untuk tersenyum. Meskipun memang tidak menyelesaikan duka, tapi setidaknya bisa membuat keadaan lebih baik. Begitulah cara senyum bekerja.”

“ooh.”

Hanya satu kalimat ‘ooh’ yang mewakili seluruh kekaguman saya kepadanya.
Dari percakapan di atas sudah sangat menjelaskan bahwa tidak semua kesimpulan kita tentang seseorang adalah benar.

Dengan begitu, wahai sahabat trisandiku, marilah kita mulai menemukan kebahagiaan kita, agar kita bisa tetap positif menghadapi kesedihan sepilu apapun. Bermanja-manja dengan air mata di depan manusia hanya akan menunjukkan betapa lemahnya kamu, tapi tidak jika di depan Yang Maha Segalanya.

“Dalam kesendirian, biarkan air matamu menjadi bahasa penjelasan pada tuhan. Di keramaian, biarkan senyum yg menjelaskan betapa kuatnya kamu - trisandiku”

Selamat berubah sahabat trisandiku. #YukSenyum



Rabu, 11 November 2015

Kaki Berlumpur


            
Malam ini, trisandi gendut sedang tengkurap di depan laptopnya sambil di temani secangkir kopi dan sedikit rasa rindu pada masa kecilnya. Betapa lucunya di sela kehidupannya yang sekarang dia mengingat saat-saat dimana dia harus bermain bola sambil telanjang dada, bermain lumpur di sawah, mengejar layang-layang, memancing dan membakar ikan di tengah sawah, berenang di kali dan masih banyak lagi yang mungkin nanti di paragraf berikutnya akan di sebutkan.

Entah apa yang membuatnya tiba-tiba rindu, namun karena kerinduannya itu, dia jadi punya inspirasi untuk di bagi kepada kaum pembaca. Sekarang izinkan dia untuk menceritakan salah satu kisah dari sandi kecil yang sungguh menggemaskan.

Waktu itu, sekitar tahun 2005, gemuruh angin dari sebelah barat menerpa wajahnya, seiring dengan kaki mungil berlari dengan kecepatan seadanya mengejar layangan yang tak bertuan. Seakan kaki punya mata sendiri, dia tidak melihat ke bawah, pandangannya fokus mencari benang tipis yang terselip diantara langit jam 5 sore waktu itu. Meskipun dia yakin bahwa kecepatan larinya tidak secepat teman-temannya, namun dia tetap berlari, seakan layangan itu harus dia kejar juga, seakan dia ingin tau sampai sejauh mana ia harus mengejar dan sampai sejauh mana dia harus berhenti.

Sampai pada akhirnya, layangan yang dia kejar harus menjadi milik orang lain. Tapi dia tetap tersenyum. Setidaknya, setelah melihat ke belakang, ternyata dia sudah sangat jauh dari tempat pertama dia memulai dan pemandangan di tempatnya sekarang berdiri lebih indah dari yang sebelumnya.

Dia duduk sejenak bersama teman-temannya – yang salah satunya sudah membawa layangan yg dia kejar. Mereka mengobrol riang di bawah matahari sore yang teduh dan bunyi puji-pujian kepada sang pencipta dari speaker masjid penduduk sekitar. Mereka membicarakan banyak hal. Mulai dari pa engkon tukang bubur sekitaran rumah, pa hamzah tukang rental PS, keanehan guru di sekolah serta beberapa wanita yang sedang di cinta monyeti oleh mereka.

Lalu, tak terasa adzan magribh berkumandang. Dia panik, karena sudah pasti ibu di rumah sedang menunggu dengan kemarahannya. “Begitulah, khawatirnya seorang ibu kadang terasa berlebihan. Terasa seperti sebuah kekangan” katanya dalam hati waktu itu.

Dia begegas berlari dengan baju basah dan kaki masih berlumpur. Dia datang ke rumah. Pintu sudah di kunci. Dia berusaha mengetuk pintu, sambil berteriak “maaah maaah buka pantona”. Tidak ada sahutan dari orang rumah. Dia menangis. Lalu suara ‘klek’ dari pintu tanda kunci di buka.

“Wayah kieu karek balik, nanaonan wae atuh. Kumaha lamun di culik kelong wewe. Geura mandi ! langsung solat terus ngaji !” Ibunya berkata. Kasih sayang yang tampak seperti kekesalan.

Lalu dia menunaikan 3 rokaatnya di atas sajadah, beratapkan rumah kontrakan yang nyaman untuk tempat kita berteduh. Bergegas ke masjid dan ikut ngaji bersama pak eman, guru ngaji sekaligus ketua RT. Di masjid, selayaknya bocah kelas 5 SD, dia berari kesana kemari. Seolah masjid adalah lapangan sepakbola, teriak-teriak dan saling kejar-kejaran bersama temannya. Pak Eman langsung menghukumnya dengan satu cubitan kecil yang membuat kulit membiru. “aduhh nyeri paa” dia mengeluh. “matakna cicing!” pak eman pun tak mau kalah.

Lalu sandi kecil pun terdiam. Menurut dan mendengarkan teman-teman yang lain membaca iqro 5. Namun, bagaimana pun dia adalah anak kecil. Dia izin keluar dan meneruskan permainannya di luar.

Waktu itu dia bermain ‘popolisian’. Permainan yang sederhana namun mampu membuatnya bahagia. Cara bermainnya adalah kejar-kejaran. Ada yang menjadi polisi dan ada yang menjadi maling. Dengan sistem pemisahan yang sederhana juga, hanya dengan tangan mengepal dan di julurkan ke depan. Lalu salah seorang dari kita mendendangkan nada ‘po po po menjadi polisi’, dan yg terpilih jadi yang kelompok yg mengejar. ‘ma ma ma menjadi maling’, dan yang terpilih menjadi kelompok yg di kejar. Lalu polisi menghitung dari 1 sampai 10 untuk membiarkan maling lari, lalu mulailah mereka saling mengejar. Kebetulan dia jadi malingnya.

Meskipun adzan isya berkumandang, namun dia masih terus bermain. Hingga akhirnya semua sudah tertangkap dan kita berkumpul lalu ngobrol. Seperti biasa, pembicaraan kita tidak jauh tentang khayalan dan ke-so-tau-an seorang anak kecil yang mungkin waktu itu terlihat keren.

Lalu satu persatu orang tua pun menjemput anaknya, begitupun ibunya. Dia datang sambil muka kesal dan di ‘ceramahi’ selama perjalanan pulang.

Sampai di rumah dia makan. Tidak mewah, hanya nasi hangat,sambel oncom dan ikan asin. Waktu itu, dia sangat menikmatinya.

 Lalu dia mengerjakan PR dengan ibunya. Waktu itu, bahkan dia tidak tahu apa itu Aurum, apa itu larutan, apa itu metamorfosis dan cara mengaplikasikan rumus phytagoras. Namun, ibu mengajarinya. Sehingga dia jadi tau.

Setelah belajar, dia tidak minum susu seperti kebanyakan anak lainnya. Dia hanya cukup membaca do’a dan tidur.

Dia adalah aku. Sungguh aku rindu masa kecilku.

Aku rindu saat mengejar layangan. Menatap ke langit yang berawan musim kemarau, melihat padi menguning di sejauh mata memandang, gunung kokoh berdiri di bawah langit, layang-layang tak tentu arah mengusir lelah anak-anak yg mengejarnya dan beberapa partikel oksigen yang berikatan dan bergerak menerpa wajah.

Berbeda dgn sekarang. Senjaku di penuhi oleh rapat dan latihan. Teman-temanku sudah sibuk dengan dunianya. Sawah tempat kita berlari sudah menjadi perumahan. Angin yang dulu sejuk, sekarang sudah jadi gersang. Dunia sudah berubah, aku tidak melihat lagi anak-anak yang bermain layang-layang. Mereka sibuk dengan TV dan gadget. Aku sudah tidak bisa lagi nostalgia. Layang-layangku sudah hilang, bersama generasinya.
           
Aku pun rindu saat di marahi pulang maghrib. Di kunci dari dalam, menangis untuk mendapat perhatian ibu, di suruh mandi, di suruh solat, di suruh ngaji dan dimasakkan masakan yg lezat.

Berbeda dengan sekarang. Aku jauh dari rumah. Pintu tak pernah terkunci untukku namun aku tidak pulang. Nasi hangat dan ikan asin dia masakkan namun aku tidak juga pulang. Ibu tidak pernah memarahi jika aku pulang maghrib lagi,bahkan tidak pulang 3 bulan pun dia tidak pernah memarahiku. Dia tidak lagi bisa memarahiku seperti dulu. Ibu yang dulu selalu kuat melakukan segalanya, sekarang jadi sering sakit-sakitan. Namun, tidak sedikit pun dia menunjukkannya saat aku pulang. Dia selalu terlihat baik-baik saja, meskipun di dadanya ada rasa sakit yang dia tahan. Dia tidak bisa marah lagi sekarang. dia berubah jadi sosok yang selalu sabar meskipun banyak aku repotkan. Semakin baik dia, semakin banyak ketakutanku.

Seharusnya dia sudah bisa bahagia, namun entah terbuat dari apa hatinya, dengan keadaan kami yg begini, kesabarannya tidak pernah habis. Rasanya seperti tak ada lagi wanita yg mampu sesabar dia.

Dia adalah ibuku. Dia adalah calon penghuni surga.

Aku senang jadi anak kecil yang nakal. Anak kecil yang pulang ke rumah dengan lumpur di kakinya. Namun apa daya, aku hidup di bumi yg memaksaku untuk terus tumbuh dan kau terus menua.

Aku ingin seperti dulu. 
Disini, tidak ada tempat senyaman rumah. 
Disini, tidak ada tempat senyaman dulu.



Selasa, 03 November 2015

Bahagia sekali bisa patah hati



Selamat malam jiwa-jiwa dgn hati yang patah.

            Dulu, 4 tahun yg lalu, di hari ini, gue baru aja patah hati. Bagaimana tidak, orang yang gue suka ternyata dia adalah nenek sihir yang memakai ramuan khusus sehingga terlihat muda. Untung belom sempet gue kawinin. Kalo udah, berabe ntar jadinya. Masa anak gue punya ibu nenek-nenek. Terus ntar dia frustasi soalnya di sekolahan di ledekin sama temen-temennya. Terus ntar anak gue lari ke laut dan ngemil ikan paus. Terus ikan paus udah abis anak gue malah gosok batu akik. Aduh ngelantur.

            Pagi ini gue lagi dengein lagunya maliq&D’essentials yang judulnya gak ada judul. Cocok banget lagu yang satu ini dengan kondisi gue sekarang. Iya, cinta gue bertepuk sebelah tangan. *wooooo

            Gue ga pernah berharap bisa suka sama dia, namun mungkin takdir sengaja mengarahkan gue supaya gue suka sama dia biar gue juga ngerasain apa yang cewe-cewe yg pernah gue tolak rasain. Mungkin sekarang kondisinya cewe-cewe yg pernah gue tolak sedang menuhin GBK dan gue sendirian di tengah-tengah GBK lagi di kata-katain. Songong banget ya. Padahal nolak cewe pun belum pernah.

            Ini adalah pertama kalinya gue patah hati setelah beberapa tahun terakhir dan gue bahagia.

            Gimana nggak bahagia?

            Patah hati yang satu ini rasanya beda. Kaya ada manis-manisnya.

            Patah hati yang satu ini membuat gue jadi banyak tai bahwa ketika kita jatuh cinta sama seseorang, kita harus ngaca dulu. Mungkin andhika kangen band bisa nikah sampe 4 kali, karena dia banyak artis. Lah, kalo misalkan modal lu Cuma rasa setia dan cinta yg sangat dalam, kambing yg baru belajar makan jengkol juga bisa.

            Sungguh, gue nggak menyalahkan orang yang sudah menolak gue mentah-mentah. Justru ini jadi bahan instrospeksi buat gue juga, bahwa gue harus memperjuangkan hal-hal yang bersifat duniawi juga. Karena tidak selamanya cinta bisa membeli beras.

            Gue sadar betul bahwa gue bukan orang hebat. Bokap sama nyokap gue bukan orang berada, namun disini, gue punya mimpi dan satu persatu mimpi itu sudah menemui titik terangnya. Gue yakin suatu saat gue bisa sukses dan akan melampaui diri gue saat ini. Gue yakin, meskipun sekarang gue berdarah-darah di rendahkan oleh orang lain, tapi santey aja, karena masa depan gue tidak di tentukan oleh penilaian orang lain terhadap gue. Masa depan gue di tentukan dari sejauh mana gue berusaha dan berdo’a.

            Kembali ke pembahasan awal, jadi patah hati ini mengajarkan gue kembali bahwa gue jangan terlalu hyper aktif depan cewe, karena dalam diri seorang cewe ada sisi yang mereka pun harus melihat ketenangan kita. Karena ketenangan perlambang kedewasaan. 

Lalu, di antara kerinduan yang selalu gue sampaikan di setiap doa, gue berharap agar dia bisa lebih baik dari sebelumnya, bisa jadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negaranya, bisa terlindungi oleh tangan yang tepat, bisa jadi ibu yang baik untuk anak-anaknya, bisa meneduhkan setiap manusia yang menatap wajahnya, bisa jadi wanita yang anggun dengan senyumannya, di angkat derajatnya dan dijadikan ahli surga.

"Semoga seiring dengan dia yang gue do’akan, do’a itu pun jadi do’a buat seluruh wanita di dunia. Agar salah satunya, yaitu jodoh gue, jadi seperti apa yg gue do’akan."

Amin.

Rabu, 14 Oktober 2015

Sayang sekali, nasib tak sampai

Kepadamu yang baru saja mengoleskan krim malamnya.

Selamat malam duhai dambaan hati. Sekiranya kau tak sedang banyak kerja, sudikah kau membaca tulisan dari laki-laki yg sedari tadi memikirkan eloknya parasmu.

Tak berdaya akal ku menyangkal bahwa kau begitu manis dan berseri. Jadilah sejuk hatiku dibuatnya. Bahagianya aku saat ku dengar kau berlagu di jendela kamarmu. Lalu kita saling melemparkan senyum. Hanya senyum saja. Senyum yg hanya untuk mewakili hubungan antar manusia Tanpa kata.

Kalo boleh, aku ingin memandangmu sekali lagi, lalu izinkan lah aku untuk menjadikanmu peneduh kalbu. Aku lelah sendirian menanggung rindu. Tak dapatkah kita bertemu walau pun cuma bersahutan mulut sebentar di beranda cinta. Rasanya tentram sekali di dekatmu.

Tak ku sangka aku yg tak banyak benda ini akan jatuh hati pada seorang wanita yang berderajat lebih tinggi daripada aku. Namun namanya cinta tak bisa kau salahkan. Cinta ini begitu buta hingga tak dapat menjamah posisimu sebagai wanita berkasta tinggi.

Awalnya aku hanya kagum. Bukan cinta. Namun kekaguman ini bercampur dengan rindu dan rasa untuk selalu bersama, lalu, seperti apa yang orang-orang katakan, bahwa aku telah jatuh cinta.

Tak kurasakan pedih dalam mencintaimu, karena setiap saat kau keluar rumah, di seberang aku memperhatikanmu. Caramu keluar rumah dan tersenyum membuat rinduku ini sedikit bahagia. Kenapa sedikit? Karena aku tau, pada akhirnya kau akan pergi bersama lelaki berkuda putih.

Sementara aku hanya seorang pandai besi di seberang rumahmu, yang justru membuatkan sepatu kuda untuk kuda yg kau naiki setiap hari.

Sebagai orang kecil aku pun tak luput dari khayalan bodoh tentangmu. Tentang hari-harimu yang bahagia karena aku. Namun apa daya, hendak hati memeluk gunung, sayang sekali tangan tak sampai.

Hendak hati memelukmu, sayang sekali nasib tak sampai.

"Rinduku ... Berbuah lara...."

Selasa, 06 Oktober 2015

Rinduku

Tetaplah menjadi bintang di langit, agar kisah kita akan abadi.

Lirik lagu itu yg sedari tadi ku putar dan terus menggema di setiap sudut kosanku yang sempit ini. Meskipun tak mengobati luka, namun lagu ini setidaknya sedikit memberikanku ketenangan karena setiap liriknya adalah aku.

Terkadang mencintai seseorang itu tidak semudah duduk di balkon rumah sambil menikmati pemandangan kota dari ketinggian. Terkadang mencintai seseorang itu butuh kesiapan untuk terluka. Yang mungkin akan sangat dalam.

Ini adalah kisah seorang sahabat yang coba aku tuliskan di blog pribadiku yang aku proyeksikan sebagai aku.

Namanya Rindu, wanita yang mampu menggetarkan seluruh isi sukma jika harum tubuhnya sudah tercium dari kejauhan. Terkadang juga, kata-kata tak mampu menguasai diriku saat dia sedang benar-benar ada di hadapanku. Hanya kekosongan yg penuh dengan rasa cinta yg membelenggu tubuh kaku itu.

Ada hal-hal yang berbeda dari cara dia berbicara, sepertinya kata-kata yang keluar dari pita suara yang bergetar di tenggorokannya mampu meneduhkan hati setiap telinga yang mendengarnya. Iya, Rindu memang sangat keibuan. Namun aku tidak menjamin apakah dia akan jadi kekasihku, atau hanya akan berakhir menjadi angan-angan hampa.

Rindu senang sekali tertawa. Dia selalu saja tertawa, bukan karena dia gila, namun memang karena dia adalah orang yang sangat asyik saat di ajak biacara. Sosoknya pun dikenal sangat berwawasan. Jadi dia mampu masuk ke segala jenis pergaulan. Aku sangat kagum padanya.

Sungguh sempurna dia. Mungkin juga rasa cinta ini menyamarkan segala kekurangan yg dia miliki. Apapun kata orang, di mataku, rindu sudah cocok untuk di lantik menjadi bidadari.

Namun, dengan segala kesempurnaan yang dia miliki tidak membuat jalanku mulus untuk mendapatkannya. Ada banyak laki-laki yang ingin menjadi kekasihnya yang tentunya lebih hebat dariku. Dari ketua BEM sampai anak culun ingusan yang juara robotika nasional pun mengejarnya. Sementara aku hanya seorang pemuda biasa yang dipenuhi oleh sastra di tiap bait hidupnya. Aku tidak tau, apakah aku akan bisa bersaing dengan mereka. Kita lihat nanti saja bagaimana perjuanganku mendapatkannya.

Sampai disini dulu. Aku harap besok atau lusa dapat ku teruskan cerita ini.

Rabu, 30 September 2015

Lara jangan pergi


Namanya juga cinta. Jika di suruh bercerita, mungkin beberapa orang akan bingung darimana harus memulai. Tapi kalo gue yang di suruh bercerita, gue tau darimana gue harus memulai.

Namanya lara, begitulah gue menamainya. Dia adalah seorang wanita berdarah sunda jawa yang sangat mempesona. Jika sedang berbicara, kata-kata yang terucap seperti siraman rohani, bikin adem. Jika sedang berjalan, dia selalu tersenyum, seolah dia adalah manusia yang paling tidak punya masalah di seantero galaxi bimasakti ini. Dia adalah sosok manusia hampir sempurna yang mungkin sengaja tuhan ciptakan untuk membuat salah satu mahluk di dunia jatuh cinta. Mahluk itu bernama gue.

Gue adalah teman satu kampusnya dia. Namun kehidupan kita berbeda. Gue yang lebih sering ngumpul sama orang-orang yg merupakan penjelmaan seluruh ketidakjelasan dunia, sementara dia gaulnya sama cewe pinter yang hits. Di gengnya, ada mantan juara olimpiade nasional, ada yang pernah ke swiss karena pertukaran pelajar, ada yang suka bikin jurnal sampai pernah di terbitin di majalah Anu. Anu majalah jurnal dunia yang paling bagus dan banyak dicari. Sementara geng gue Cuma sekumpulan orang yg suka narasi gak jelas sambil pegang mic di hadapan banyak orang yg gak jelas juga. Iya, kita stand up comedian atau biasa di sebut comic.

Sebuah keadaan yang sangat dramatis jika akhirnya gue, seorang lelaki gak jelas dan cenderung aneh ini akhirnya jatuh cinta pada gadis manis berotak einstein. Dan akhirnya gue jatuh cinta juga.

Semua ini bermula pada sebuah dzuhur di 13 Oktober 2014. Waktu itu gue menunaikan sholat dzuhur, 4 rakaat dan di awali dengan niat. Setelah salam dan dzikir sebentar lalu gue tiduran di masjid. Kebetulan di belakang tempat ikhwan sholat adalah tempat ahwat sholat. Tanpa sengaja gue tiduran menghadap ke arah belakang. Disana ada seorang gadis bermukena sedang menghadap penciptanya. Bermata sayu dia melafalkan setiap bacaan sholat. Dalam hati gue bergumam “Gile, asooy, amboii, ternyata sekarang bidadari juga bisa kuliah. Kayanya mau jadi S1, biar kasta kebidadariannya naik satu level”. Lalu disitulah pertemuan jatuh cinta pertama gue dengan Lara.

Setelah dia mengucapkan salam, lalu dia mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah manisnya. Dia tak sedikitpun melihat cowo yang sedang tiduran mentafakuri ciptaan Tuhannya. Lalu dia melepas mukena yg dia pakai dan mulai keluar masjid bersama geng hitsnya. Meskipun semua cewe di gengnya cantik-cantik, tapi entah kenapa dia yang paling bersinar sendiri. Rasanya gue selalu pengen pake kacamata item tiap ketemu dia. Rasanya gue pengen mengganti matahari sama dia, soalnya dia mah bersinarnya bikin adem.

Lalu gue berfantasi lebih.

Jika seandainya suatu saat gue pacaran sama dia, gue pengen ajak dia flying fox dari menara eiffel ke istana buckingham. Lalu gue ajak dia mengarungi samudra pasifik sampai ke atlantik dan menyaksikan megahnya milky way langit atlantik. Lalu gue ajak dia menikmati ramen panas di musim dingin jepang yg bersalju. Lalu gue ngajak dia berdansa di italia, menikmati alunan musik klasik sambil perlahan membisikan “kamu adalah pemeran utama dalam setiap adegan rindu di khayalku”. Lalu kita ke venesia, menikmati sore sambil memakan pizza yang di bumbui dengan tawa manisnya yang tercipta karena jokes-jokes ringan dari gue yg lihai melucu ini. Lalu kita ke cebu di philipina dan menikmati setiap jengkal cinta yg membuat kita bersama disana. Hingga akhirnya kita kembali ke indonesia dan bertemu dengan jokowi untuk penobatan pasangan paling cocok nasional.

Lalu kita pulang ke bandung dan menikmati susu murni KPBS pengalengan di alun-alun sambil menatap senja disana.

Gue udah memikirkan banyak hal tentangnya.

Ketika gue di basement hendak berjalan pulang. Dia datang. Gue deg-degan. Lalu dia tersenyum, berlari kecil. Gue hampir mimisan. Tapi dia melewati gue dan mendaratkan satu kecupan di pipi lelaki bermotor ninja yang berjarak sekitar  1 meter dari tempat gue terluka. Lalu gue melihat manehna naik motor ninja itu dan tertegun gue memandang kiamat subro di depan mata. Yang tersisa waktu itu hanya, wangi parfumnya yg bercampur dengan parfum si kampret dan sepatu bolong karena terlalu banyak di pakai berjalan kaki. Akhirnya kisah cinta ini selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Udah gitu doang.

Sabtu, 19 September 2015

Huruf dan angka


Selamat pagi bintang pagiku. Yang selalu muncul sendiri dan paling terang di sanubari.

Jalan tak bisa kita tempuh bersama karena perbedaan tidak semuanya menjadikan rasa itu indah. Terkadang dengan berbeda kita harus saling melepaskan satu sama lain dan merelakan keindahan yang seharusnya terjadi.

Jika di ukur oleh satuan logika. Aku bukanlah lelaki yang mampu membahagiakan wanita. Tidak ada hal yang bisa di dapatkan dari laki-laki penuh kekonyolan seperti aku ini, selain tawa bodoh.

Aku bukan sains yang harus selalu kau otak atik sampai kau temukan jawaban. Aku bukan sains. Aku ini seni, yang cukup kau tau cara menikmatinya tanpa terikat pada rumus-rumus. Orang seperti aku terlalu sulit untuk kau tebak-tebak. Untuk kau pertanyakan “mengapa harus begitu caranya?”

Namun mungkin dalam keilmuanmu aku tidak pernah di pandang sebuah karya tuhan yg luar biasa, namun aku adalah karya tuhan yang harus kau temukan penjelasannya. Thats cool.

Dunia tidak akan bisa menjelaskan betapa aku mencintaimu, bahkan sains sekalipun. Namun saat aku mencintaimu aku tidak menemukan diriku, yang aku lihat dari dirimu, dari caramu memandang lalu berlalu, adalah kesempurnaan. Seolah kau seorang akuntan yang harus benar dalam menghitung debit kredit di buku kas mu.

Tak salah memang, aku memaklumi dan aku sangat menerima dengan sisa kelapang dadaan yang aku punya.
Aku hanya merasa sedikit sendu saat asmara yg bergelora harus menemui ajalnya. Seolah tidak ada kesempatan untuk aku menikmati masa mudaku. Seolah semua masa mudaku berhenti di kamu dan kamu berhenti di orang lain. Seolah setiap do’a yang aku kirim di setiap sujud harus menghadapi kesia-siannya. Seolah hati yg baru saja patah harus patah lagi.

Aku hanya merasa sedikit ingin mencumbu kaktus di gurun sahara. Biar bibir ini bertemu dengan duri. Biar perih menggumpal di sukma. Biar darah tau kemana dia harus mengalir. Biar rasa sakit bisa memaklumi keadaan. Biar takdir bisa berpihak pada orang yang tidak pernah di pihaki. Biar dilema tidak selalu mencari jawaban. Biar hati menyadari bahwa cinta harus di tinggalkan sebelum meledak.

Aku hanya sedikit ingin bercerita, karena aku adalah kata-kata yg dirangkai menjadi sebuah tubuh.
Denganmu atau tanpamu aku yakin kita memang tercipta untuk saling menikmati senja di waktu yg berbeda. 
Jika di dalam dunia mu senja, maka aku masih terjaga di fajar yg masih malu-malu. Jika di duniamu sedang cerah, maka di duniaku, aku sedang menikmati  hujan manis di tepi jendela. Jika di duniamu cinta sedang bersemi, maka di duniaku, cinta sedang berguguran menunggu dinginnya salju esok atau lusa.

Kita sudah jauh dari pertama duga berargumen. Kita sudah bukan lagi kita. Kita sudah kehilangan kata kita dalam hubugan orang pertama dan orang kedua. Kita seperti huruf dan angka.

Ternyata, kita tidak lagi disebut berbeda, tapi kita sudah benar-benar berlawanan. Dan aku harus pergi.

Selamat tinggal, paragraf terindah di atas blog pribadiku.

Sabtu, 12 September 2015

Spasi Takdir



Spasi takdir

Sekawanan rasa beriringan terbang di langit kehampaan meninggalkanku yang sedari tadi menanti tumpuan hati kembali kesini. Harus terpisah karena takdir tak sama. Dia berada disana bersama permata berselimut uang kertas. Sementara aku hanya seorang diri disini, diantara tumpukan sampah air mata yang sia-sia.

Tuhan sudah menciptakan hidup seadil mungkin. Iya, sungguh adil baginya dan bagiku. Jika dia berbahagia bersama lelaki bertahta dan berharta. Maka aku, dari kejauhan sini, cukup meneguk tetesan bahagia dari kebahagiaannya. Dari senyumannya. Dari gigi putih rapih yang terlihat manis.

Iya, dia lebih memilih untuk bahagia instan daripada menemani setiap getir langkahku menuju cita.

Iya, dia lebih memilih untuk pergi dan bergantung pada tali yang di anyam dari uang kertas.

Iya, dia memang pantas memilih lelaki yang lebih mentereng.

Aku tidak merasa terluka. Aku sehat wal afiat. Aku masih sanggup hidup dengan jatah oksigenku sendiri, meskipun terkadang sesak, karena disaat-saat tertentu, oksigenku adalah dirinya.

Cukup aku sudahi rasa cinta ini dengan senyuman canggung saat bertemu dengannya.

Dulu, sesuatu yang terus ada namun tak pernah kembali adalah waktu.

Sekarang, waktu dan dia.

"Salahkah ku bila kau yang ada di hatiku"


Sastra ini di buat dgn jemari yg basah.
Dari trisandiku yang kehilangan dunianya dan pindah ke dunia sains yg membosankan.

Senin, 07 September 2015

Untuk perempuan yang sedang di pelukan, bacalah ini.



Untuk perempuan yang sedang di pelukan, bacalah ini.

Aku sedang menikmati kecantikanmu dari sudut angan. Semoga ini bukan sebuah dosa, karena di khayal sana, aku sedang sangat mencintaimu seperti pena mencintai kertasnya. Kau sedang tersenyum sambil bercerita ringan tentang hari-harimu yang merinduiku.

Katamu, aku adalah satu-satunya lelaki yang menginspirasi harimu dalam mencari ridho-Nya. Dalam hati, aku bergumam, “jauh sebelum kau menganggapku seperti itu, aku sudah menganggapmu seperti itu, sayang”

Disana, di khayalanku, disaksikan oleh dua cangkir teh yg mengeluarkan asap tipis, kau masih terus bercerita tentang kita. Tentang malam-malammu yg gelisah jika aku sudah tertidur lebih dulu, tentang setiap do’a yg kau panjatkan agar kita di ridhoi untuk selalu bersama dan tentang segala hal yang semuanya adalah kita.

Kau nampak lelah dengan kehidupan ini. Lalu kau katakan padaku “Di bawah pelukanmu, aku merasa tergenapi, rasa lelah yg mendera, sirna karena kau adalah energiku. Rasa takut yg menyelimuti, pergi karena kau adalah beraniku, san.” Aku hanya tersenyum, lalu mencium keningmu, dan mengalirkan cinta lewat bibir yg bersentuhan dengan kulit tipis di atas alismu.

Dengan memelukmu, aku merasa seperti sedang menciptakan senjaku sendiri, lalu aku duduk di antara hamparan rumput yang luas, menikmati sepotong roti dan kopi yg tidak terlalu panas. Aku merasa damai. Aku merasa tenang sejenak dari beban hidup yg tak ampun-ampunnya menghujamku.

Karenamu dipelukanku, aku merasa jantung kita berdenyut dalam satu denyutan. Seolah apa yg aku rasa kau pun merasakannya. Seolah setiap jengkal deritaku di perantauan habis terbakar oleh kebersamaan kita.

Karenamu yang terselip di antara bahagiaku, aku merasa seperti apa yg kau rasakan. Kehadiran masing-masing dari kita telah melengkapi masing-masing dari kita.

Saat ini, di khayalan sana, aku sedang tersenyum sambil memejamkan mata karena kau sedang berteduh di bawah usapan tanganku. Betapa beruntungnya aku yang sedang ada disana.


“Dimalam hari. Menuju pagi. Sedikit cemas. Banyak rindunya.”

Selamat malam,kekasih yg masih memperbaiki dirinya utk bertemu denganku.

Selasa, 21 Juli 2015

The Miracle of Sorry

Selamat malam jiwa-jiwa yg baru saja kembali ke fitri.

Haduuh gak kerasa bulan ramadhan telah meninggalkan kita, padahal berasa baru kemarin kita puasa. Tapi yg jelas semoga kita di berikan kesempatan untuk ketemu sama ramadhan taun depan. Amin.

Sekarang gue lagi di sumedang, tempat dimana gue pertama kali turun ke dunia dari rahim nyokap gue. Gak kerasa, sekarang gue udah 20 tahun. Mungkin, 20 tahun yg lalu di tempat gue menulis sekarang, sedang ada sandi kecil yg tidur dengan lucunya. Sekarang dia nulis dengan amit-amitnya.

Mumpung masih suasana lebaran, jadi gue akan nulis tentang maaf-maafan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

maaf/ma·af/ n 1 pembebasan seseorang dr hukuman (tuntutan, denda, dsb) krn suatu kesalahan; ampun: minta --; 2 ungkapan permintaan ampun atau penyesalan: -- , saya datang terlambat3 ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu: -- , bolehkah saya bertanya;





bermaaf-maafan/ber·ma·af-ma·af·an/ v ampun-mengampuni; saling memberi ampun: pd hari Lebaran mereka -;memaafi/me·ma·afi/ v memberi ampun kpd; mengampuni: sudilah Tuanku - hamba yg hina ini;memaafkan/me·ma·af·kan/ v memberi ampun atas kesalahan dsb; tidak menganggap salah dsb lagi: ia telah - kesalahanku;maaf-memaafkan/ma·af-me·ma·af·kan/ v saling memberi maaf;permaafan/per·ma·af·an/ n perihal bermaaf-maafan;pemaaf/pe·ma·af/ n orang yg rela memberi maaf (memaafkan);
pemaafan/pe·ma·af·an/ n proses, cara, perbuatan memaafkan; pengampunan 


Banyak sekali pengembangan yg dilakukan oleh KBBI dari kata maaf. Kira-kira kentut apa yah menurut KBBI?

kentut 1/ken·tut / n gas berbau busuk (gas busuk) yg keluar dr anus;





berkentut/ber·ken·tut/ v mengeluarkan gas busuk dr perut melalui anus;

mengentuti/me·ngen·tuti/ v 1 melepaskan kentut kpd; 2 ki membohongi; menipu: ~ teman-temannya sendiri;

terkentut/ter·ken·tut/ v berkentut dng tiba-tiba atau tanpa disengaja: meskipun ditahan-tahan, akhirnya ~ juga ia di tengah-tengah orang banyak;

terkentut-kentut/ter·ken·tut-ken·tut/ v berulang kali terkentut


Lah kok gue jadi bahas yg gak penting yah.


Kembali ke topik utama. Moment yg paling pas untuk meminta maaf biasanya adalah pas idul fitri, padahal seharusnya moment yg paling pas untuk meminta maaf adalah ketika kita salah. Namun sudah menjadi budaya bahwa idul fitri adalah moment yg paling baik untuk meminta maaf.

Sebagaimana fungsinya, maaf adalah untuk meminta ampun kepada seseorang jikalau kita salah dan menyakiti atau menyinggung dirinya. Namun, tidak semua maaf bisa diterima. Ada beberapa hal yg maaf aja tidak cukup.

Misalnya membunuh orang,menggunakan narkoba, mencuri bulan,menggunakan sabun tetangga,melakukan eksperimen pembunuhan sauatu negara, pergi ke amerika menggunakan celana dalam saja,mengisi hati istri orang dengan cinta kita dan masih banyak lagi. Karena itu gue menyimpulkan.

Memang, beberapa maaf harus disertai dengan hukuman, agar maaf tidak menjadi alat untuk melakukan kesalahan yg sama.

Dalam pengaplikasiannya, kata maaf sangat mudah sekali terucap. Kata maaf sangat dekat dengan kehidupan kita. Misalnya, jika kita tak sengaja menyenggol orang, katakan maaf. Jika kita tak sengaja melakukan harlem shake ketika guru ngajar, katakan maaf. Maaf saya kurang obat. Atau jika kita tak sengaja menendang kepala botak, katakan maaf. Maaf kepalamu kaya bola dan jika kita tersesat dan tak tau arah pulang, katakan peta.

Aduh sorry ngelantur.

Sebagai manusia, tentunya gue punya banyak kesalahan dan sebisa mungkin gue mengucapkan maaf kepada setiap objek yg menjadi kesalahan gue. Bahkan kalo gue gak sengaja nendang kerikil, gue minta maaf sama kerikil itu, terus kerikil itu gue jajanin es krim. 

Meskipun maaf mudah sekali terucap, namun ada beberapa maaf yg sulit untuk di ucapkan. Misalnya maaf, aku baru saja membakar rumahmu atau maaf, aku cepirit di celana atau yg paling banyak orang rasakan namun tak di ungkapkan dan malah memilih bertahan yaitu maaf, aku udah ga mencintai kamu lagi. Kamu jadi mendadak jelek sekarang.

Maaf yg sulit di ucapkan ini biasanya terhalang ego dan gengsi. Seperti apa yg gue alami beberapa waktu lalu.

Jadi ceritanya gue punya seseorang yg gue benci karena dia makan kacang dan dia kacangin gue. Selama beberapa tahun gue ga pernah minta maaf sama dia, bahkan gue lupa kapan kita terakhir kali bertegur sapa sama dia. Waktu itu, menurut gue dia yg harus minta maaf, bukan gue.

Gue masih benci dia sampai akhirnya gue diberi hidayah. Gue membaca sebuah quotes yg berbunyi "meminta maaf duluan bukan tentang siapa yg menang dan kalah. Meminta maaf itu tentang kedewasaan". Gue sadar bahwa selama beberapa tahun belakangan ini gue udah egois. Padahal agama juga udah ngasih tau, jangankan bertahun-tahun, lebih dari tiga hari aja gak boleh.

Sekarang gue udah 20 tahun dan gue harus belajar untuk menjadi dewasa. Karena tidak mungkin suatu saat gue akan menjadi pemimpin yg kekanak-kanakan.

Maka dari itu. Gue meminta maaf duluan dan akhirnya kita sekarang kembali berteman. Awalnya memang sulit, namun gue harus melakukannya. Kalo gue ga berani mencoba sesuatu yg sulit, gue akan lemah karena kehidupan semakin keras. Asik dewasa euy.

Nah jadi sekarang gue udah baikan tuh sama dia. Sekarang gue udah lebih lega karena kita udah kembali temenan.

Seperti biasa, segala sesuatu yg menyangkut tentang dia selalu membuat gue mengalami perubahan besar.

Gue menyadari bahwa

Mungkin seseorang pernah melakukan kesalahan dan tak kamu maafkan. Namun pahamilah, kesalahan yg dia buat juga tidak jauh karena kesalahanmu juga.

Meminta maaf duluan tidak akan membuat kamu menjadi terhina, justru itulah yg membuat kamu jadi terlihat lebih dewasa. Kecuali kamu meminta maaf pada anak kecil yg tidak sama dewasanya denganmu.

Untuk setiap proses pendewasaan yg Alloh SWT beri lewat dia, gue ucapkan terimakasih.
Gue gak akan berubah kalo sebelumnya gue masih selalu hidup enak. Hidup di dunia anak-anak.

Terakhir gue mau minta maaf kepada semua pembaca yg mungkin tak sempat gue ucapkan maaf dan pesen gue buat para pembaca, meminta maaflah kepada orang-orang yg pernah kau sakiti dari sekarang sebelum diadukan nanti di akhirat.

Trisandi Ismiradz dan seluruh jajaran The Avengers mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf postingan hari ini dicukupkan sekian.