Selamat pagi bintang pagiku. Yang selalu muncul sendiri dan
paling terang di sanubari.
Jalan tak bisa kita tempuh bersama karena perbedaan tidak
semuanya menjadikan rasa itu indah. Terkadang dengan berbeda kita harus saling
melepaskan satu sama lain dan merelakan keindahan yang seharusnya terjadi.
Jika di ukur oleh satuan logika. Aku bukanlah lelaki yang
mampu membahagiakan wanita. Tidak ada hal yang bisa di dapatkan dari laki-laki
penuh kekonyolan seperti aku ini, selain tawa bodoh.
Aku bukan sains yang harus selalu kau otak atik sampai kau
temukan jawaban. Aku bukan sains. Aku ini seni, yang cukup kau tau cara
menikmatinya tanpa terikat pada rumus-rumus. Orang seperti aku terlalu sulit
untuk kau tebak-tebak. Untuk kau pertanyakan “mengapa harus begitu caranya?”
Namun mungkin dalam keilmuanmu aku tidak pernah di pandang
sebuah karya tuhan yg luar biasa, namun aku adalah karya tuhan yang harus kau
temukan penjelasannya. Thats cool.
Dunia tidak akan bisa menjelaskan betapa aku mencintaimu,
bahkan sains sekalipun. Namun saat aku mencintaimu aku tidak menemukan diriku,
yang aku lihat dari dirimu, dari caramu memandang lalu berlalu, adalah
kesempurnaan. Seolah kau seorang akuntan yang harus benar dalam menghitung debit
kredit di buku kas mu.
Tak salah memang, aku memaklumi dan aku sangat menerima
dengan sisa kelapang dadaan yang aku punya.
Aku hanya merasa sedikit sendu saat asmara yg bergelora
harus menemui ajalnya. Seolah tidak ada kesempatan untuk aku menikmati masa
mudaku. Seolah semua masa mudaku berhenti di kamu dan kamu berhenti di orang
lain. Seolah setiap do’a yang aku kirim di setiap sujud harus menghadapi
kesia-siannya. Seolah hati yg baru saja patah harus patah lagi.
Aku hanya merasa sedikit ingin mencumbu kaktus di gurun
sahara. Biar bibir ini bertemu dengan duri. Biar perih menggumpal di sukma.
Biar darah tau kemana dia harus mengalir. Biar rasa sakit bisa memaklumi
keadaan. Biar takdir bisa berpihak pada orang yang tidak pernah di pihaki. Biar
dilema tidak selalu mencari jawaban. Biar hati menyadari bahwa cinta harus di
tinggalkan sebelum meledak.
Aku hanya sedikit ingin bercerita, karena aku adalah
kata-kata yg dirangkai menjadi sebuah tubuh.
Denganmu atau tanpamu aku yakin kita memang tercipta untuk
saling menikmati senja di waktu yg berbeda.
Jika di dalam dunia mu senja, maka
aku masih terjaga di fajar yg masih malu-malu. Jika di duniamu sedang cerah,
maka di duniaku, aku sedang menikmati hujan manis di tepi jendela. Jika di duniamu
cinta sedang bersemi, maka di duniaku, cinta sedang berguguran menunggu
dinginnya salju esok atau lusa.
Kita sudah jauh dari pertama duga berargumen. Kita sudah
bukan lagi kita. Kita sudah kehilangan kata kita dalam hubugan orang pertama
dan orang kedua. Kita seperti huruf dan angka.
Ternyata, kita tidak lagi disebut berbeda, tapi kita sudah
benar-benar berlawanan. Dan aku harus pergi.
Selamat tinggal, paragraf terindah di atas blog pribadiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar