Selamat malam penjelajah rindu.
Malam ini gue lagi melankolis.
Sepertinya perasaan ini meledak-ledak meminta ungkapkan dalam kesyahduan kata-kata. Menuruti setiap gestur hati dalam jangkauan rindu yg teramat dalam, mencoba menjangkau imajinasiku tentangmu yg terkadang menggoyahkan kekokohan pilu.
Aku tak tau mengapa aku haus akan senyumanmu. Bagaikan sepotong roti tanpa selai kacang, hari-hariku kurang nikmat tanpa garis indah melengkung di bibirmu. Entah apa yg membuatmu begitu mempesona. Kau terlihat seperti langit sore yg berhiaskan senja warna merah teduh. Aku merasa nyaman dengan langit yg kau ciptakan, kau membuatku terhempas ke musim semi yg indah. Dimana tanaman dan cinta tumbuh bersama dalam kebisuan.
Dalam khayal, kita berlarian di padang rumput yg luas bak taman nirwana. Kau tersenyum sambil berlari membawaku ke padang ilalang. Lalu kau merentangkan tangan. Kau terpejam dan berputar-putar. Menikmati setiap hembusan angin yg mengibaskan rambutmu yg ringan. Kau menuntunku manja menuju tengah padang. Sambil tersenyum kau memetik satu ilalang, kau menatapku dalam kesunyian yg kita ciptakan, tatapanmu jauh menguliti hatiku. Lalu tanganmu yg mungil memelukku erat. Aku terpejam, menengadah ke langit dan menikmati syukur atas dirimu. Kau lepaskan pelukanmu dan kembali menatapku, belinang air kasih di matamu, seraya kau berkata "San, jangan buat aku mencintaimu lebih dalam dari ini. Aku tak bisa menahan kamu yg ada dalam diriku untuk bertemu dgn dirinya sendiri. Jika seandainya kau membuatku jatuh cinta lebih dalam dari ini, aku akan terbunuh oleh cintaku sendiri jika nanti kehilanganmu"
Aku hanya bisa menatapmu. Menyeka air matamu dan memelukmu lagi. Pelukan layaknya yg terakhir. Aku tak bisa melepaskanmu dalam pelukan ini. Lalu kita jadi kembar siam.
Tamat.
Selamat malam. Selamat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar