Malam ini aku sedang di terminal kopi, kedai kopi langgananku. Duduk pahit di pojok kedai ini, sendirian dan menjadi teman yg manis untuk lagu-lagu yg melantun di earphone baru yang baru saja tadi siang aku dapatkan dari Airin. Terimakasih Airin.
Aku duduk di ruangan dekat dengan pintu masuk. Di depanku duduk dua orang perempuan saling berhadapan. Yang satu berkerudung hitam dengan model hijab-hijab masa kini. Jika boleh aku tebak, kerudung itu berbahan kapas dan di celup dengan zat warna belerang. Dia menggunakan jaket merah jambu, resleting jaketnya sedikit terbuka, mungkin awalnya dia merasa dingin lalu lama kelamaan ia merasa kepanasan. Sepasang headset bercumbu dengan telinganya. Dia tertawa sendiri, sepertinya sedang asyik menonton video-video lucu di youtube, atau mungkin membaca blog ini, namun rasanya menonton video lucu di youtube lebih masuk akal. Mukanya sedikit lonjong, kulit putih dan ada sedikit noda cappucino di dagunya. Mungkin ia lupa menyusutnya karena jiwanya sedang berjalan-jalan di dunia virtual youtube.
Lalu perempuan yang satunya lagi duduk membelakangiku. Ia tidak berkerudung. Rambutnya hitam setengah punggung dengan corak warna senja di ujungnya. Memakai baju putih dengan rok oranye. Suaranya serak namun sedikit terdengar alto. Manis. Nada bicaranya pun kalem, mengalir, dan merdu. Ia sedang mengerjakan sebuah design, sepertinya sebuah pamflet untuk acara kampusnya, aku melihat layar laptopnya dari belakang dan orang ini mempunyai jiwa seni yg baik. Aku berasumsi wanita ini adalah bidang publikasi di acaranya. Sepertinya dia memiliki sifat penyayang dan lembut, aku melihat dari cara dia memilih warna-warna dalam designnya itu sangat natural. Ia mendominasikan warna-warna cerah yang soft dalam designya. Manis sekali.
Suasana disini biasa saja. Tidak panas yang berkeringat dan tidak dingin yang menggigil. Kursi kayu yang sedari tadi bisu sekarang menjadi sangat aktif memperhatikanku. Debu-debu di jendela setia menontonku yang sedang asyik sendiri tenggelam dalam tulisanku. Namun aku tidak dapat berinteraksi dengan manusia sekarang, bahkan hanya untuk sekedar melirik apa yang sedang mereka lakukan. Aku merasa hanya aku manusia disini. Karena dua orang perempuan tadi sudah pergi. Pulang ke tempat dimana seharusnya dia pulang. Seolah yang mati jadi hidup dan yang hidup menjadi mati. Tak kusangka, sepi ini bisa sangat begitu menakjubkan.
Aku telah menetapkan pilihan hari ini. Pilihanku jatuh pada kopi flores dgn cara pour over. Hari ini, perlahan-lahan aku mulai bisa menikmati kopi pahit. Tidak ada pahit yang berkurang dari saat pertama aku sering kesini, namun ada suatu 'ah' yang tertambah saat kopi pahitku menyentuh lidah yang senang mencoba berbagai macam rasa ini. Aku tidak dapat menjelaskan 'ah' itu, jika kau mau tau artinya, mari kita ngopi denganku. Aku yang traktir.
Pantas saja, penulis-penulis terkenal begitu dekat dengan kopi. Begitu dekat dengan hal-hal yang pahit. Karena pahit membangkitkan banyak kata yang bahkan tidak bisa di rangkai saat sesuatu terlalu manis. Pahit memberikan sebuah kenikmatan yang tidak semua orang mengerti. Aku senang pahit dalam kopiku. Mungkin besok aku akan jatuh cinta padanya.
Di dekat cangkirku ada dua gula yang di sediakan oleh pelayan. Namun sendokku tidak mau menyentuhnya. Mungkin nanti di tengah-tengah ia mau menyentuh gula untuk menambah dinamika dalam rasa kopiku. Ya sudah. Biar saja gimana maunya dia.
Aku mengizinkan cerita hari ini untuk masuk ke alam sadarku sekarang dan aku mengizinkan kepada debu-debu di jendela untuk bersorak-sorak agar kesepian ini semakin ramai. Silakan.
Tadi siang aku baru saja mendapat kabar bahwa angkatanku, Kastil 2013 sudah bisa siap-siap untuk memasuki sebuah gerbang pematangan ilmu yaitu Praktek Lapangan. Tentu saja aku senang, karena ini merupakan pertanda bahwa Kastil sebentar lagi akan menjadi insan industri. Akan saling mencapai cita-cita. Akan menjadi kupu-kupu yang terbang dengan sayap yang indah. Akan saling melupakan lalu saling teringat.
Aku mungkin tidak seberuntung teman-temanku. Aku ini mahasiswa tingkat 3 yang masih nyangkut di tingkat 2, karena alasan aku pernah cuti. Namun kebijakan perti yang mengharuskan satu angkatan Praktek Lapangan bareng-bareng, maka sebagai angkatan 2013 aku harus mengikuti kebijakan ini. Dengan beberapa mata kuliah syarat yang masih belum terpenuhi aku merasa masih belum siap untuk terjun ke industri. Tapi, ya gimana nanti saja. Usaha dulu aja.
Saat di tanya mau Praktek Lapangan dimana oleh dosen pembimbing, aku mantap menjawab di daerah Jawa Tengah. Ya mungkin kerja pun aku akan disana. Sebenarnya aku memilih daerah Jawa Tengah adalah karena aku ingin melihat seperti apa pabrik tekstil disana dan memperluas relasi saja sih. Rasanya terlalu mainstream jika harus jawa barat terus. Aku memang tidak jago, IPK aku pun bisa di katakan sangat pas-pasan. Namun, aku punya mimpi, aku ingin jadi bagian dari kemajuan tekstil di jawa tengah, agar tekstil indonesia bisa lebih kuat menghadapi gempuran produk luar negeri. Jangan sampai ada kesan 'jawa barat sentris'.
Lulusan Politeknik STTT pun banyaknya bekerja di jawa barat, dengan alasan UMR disini lebih tinggi di banding jawa tengah. Aaah aku benci dengan segala alasan yang berhenti di uang. Kenapa harus uang, uang dan uang?. Money is not everything. Hidupku sudah banyak diciderai oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan uang. Mulai dari hal sepele seperti cinta sampai hal besar seperti SPP. Untuk orang yang sudah pernah terluka parah karena uang, aku sadar bahwa uang bukan segalanya. Aku masih bisa sekolah sampai saat ini bukan karena uang, tapi karena aku punya banyak teman yang alhamdulilahnya sangat menyayangiku.
Sekarang, setiap do'a di sholatku, aku tidak meminta rejekiku dalam bentuk uang kepada Alloh SWT. Aku meminta banyak teman, banyak sodara, banyak sahabat dan banyak relasi. Jadi uang bukan segalanya, buanglah jauh-jauh pemikiran itu.
Aku berpikir bahwa Semakin banyak uang yang kamu punya, semakin sedikit waktu yang kamu punya, dan semakin sedikit waktu yang kamu punya maka sebenarnya kamu tidak punya apa-apa.
Namun pilihan hidupmu terserah kamu. Aku hanya mengutarakan persepsiku. Maaf jika ceritanya terlalu menggebu-gebu. Haha.
Jadi begitulah kira-kira kenapa aku memilih untuk Praktek Lapangan di jawa tengah.
Kembali pada kopi.
Kopiku sekarang sudah sedikit manis. Sendokku sudah mau untuk menyentuh gula sekarang.
Hmmm persis seperti hidup kita di dunia.
Hal-hal pahit tidak menciptakan manis. Namun, hal-hal pahit dapat membuat kita berbuat sesuatu untuk menciptakan sesuatu yg manis.
Kesendirianku, ketidaksempurnaanku, perempuan-perempuan yang tidak menganggapku ada dan beberapa pengkhianatan, rasa cemburu, rasa bersalah,tidak memaafkan diri sendiri, penyesalan, merasa bodoh dan goblog, cacian, sindirian-sindiran pedas, nilai E, hidupku, seluruhnya adalah kopi. Yang harus aku biasakan, agar ada 'ah' nya. Yang membuat aku melakukan sesuatu agar ada manis-manisnya.
Terimakasih Kopi.
Aku duduk di ruangan dekat dengan pintu masuk. Di depanku duduk dua orang perempuan saling berhadapan. Yang satu berkerudung hitam dengan model hijab-hijab masa kini. Jika boleh aku tebak, kerudung itu berbahan kapas dan di celup dengan zat warna belerang. Dia menggunakan jaket merah jambu, resleting jaketnya sedikit terbuka, mungkin awalnya dia merasa dingin lalu lama kelamaan ia merasa kepanasan. Sepasang headset bercumbu dengan telinganya. Dia tertawa sendiri, sepertinya sedang asyik menonton video-video lucu di youtube, atau mungkin membaca blog ini, namun rasanya menonton video lucu di youtube lebih masuk akal. Mukanya sedikit lonjong, kulit putih dan ada sedikit noda cappucino di dagunya. Mungkin ia lupa menyusutnya karena jiwanya sedang berjalan-jalan di dunia virtual youtube.
Lalu perempuan yang satunya lagi duduk membelakangiku. Ia tidak berkerudung. Rambutnya hitam setengah punggung dengan corak warna senja di ujungnya. Memakai baju putih dengan rok oranye. Suaranya serak namun sedikit terdengar alto. Manis. Nada bicaranya pun kalem, mengalir, dan merdu. Ia sedang mengerjakan sebuah design, sepertinya sebuah pamflet untuk acara kampusnya, aku melihat layar laptopnya dari belakang dan orang ini mempunyai jiwa seni yg baik. Aku berasumsi wanita ini adalah bidang publikasi di acaranya. Sepertinya dia memiliki sifat penyayang dan lembut, aku melihat dari cara dia memilih warna-warna dalam designnya itu sangat natural. Ia mendominasikan warna-warna cerah yang soft dalam designya. Manis sekali.
Suasana disini biasa saja. Tidak panas yang berkeringat dan tidak dingin yang menggigil. Kursi kayu yang sedari tadi bisu sekarang menjadi sangat aktif memperhatikanku. Debu-debu di jendela setia menontonku yang sedang asyik sendiri tenggelam dalam tulisanku. Namun aku tidak dapat berinteraksi dengan manusia sekarang, bahkan hanya untuk sekedar melirik apa yang sedang mereka lakukan. Aku merasa hanya aku manusia disini. Karena dua orang perempuan tadi sudah pergi. Pulang ke tempat dimana seharusnya dia pulang. Seolah yang mati jadi hidup dan yang hidup menjadi mati. Tak kusangka, sepi ini bisa sangat begitu menakjubkan.
Aku telah menetapkan pilihan hari ini. Pilihanku jatuh pada kopi flores dgn cara pour over. Hari ini, perlahan-lahan aku mulai bisa menikmati kopi pahit. Tidak ada pahit yang berkurang dari saat pertama aku sering kesini, namun ada suatu 'ah' yang tertambah saat kopi pahitku menyentuh lidah yang senang mencoba berbagai macam rasa ini. Aku tidak dapat menjelaskan 'ah' itu, jika kau mau tau artinya, mari kita ngopi denganku. Aku yang traktir.
Pantas saja, penulis-penulis terkenal begitu dekat dengan kopi. Begitu dekat dengan hal-hal yang pahit. Karena pahit membangkitkan banyak kata yang bahkan tidak bisa di rangkai saat sesuatu terlalu manis. Pahit memberikan sebuah kenikmatan yang tidak semua orang mengerti. Aku senang pahit dalam kopiku. Mungkin besok aku akan jatuh cinta padanya.
Di dekat cangkirku ada dua gula yang di sediakan oleh pelayan. Namun sendokku tidak mau menyentuhnya. Mungkin nanti di tengah-tengah ia mau menyentuh gula untuk menambah dinamika dalam rasa kopiku. Ya sudah. Biar saja gimana maunya dia.
Aku mengizinkan cerita hari ini untuk masuk ke alam sadarku sekarang dan aku mengizinkan kepada debu-debu di jendela untuk bersorak-sorak agar kesepian ini semakin ramai. Silakan.
Tadi siang aku baru saja mendapat kabar bahwa angkatanku, Kastil 2013 sudah bisa siap-siap untuk memasuki sebuah gerbang pematangan ilmu yaitu Praktek Lapangan. Tentu saja aku senang, karena ini merupakan pertanda bahwa Kastil sebentar lagi akan menjadi insan industri. Akan saling mencapai cita-cita. Akan menjadi kupu-kupu yang terbang dengan sayap yang indah. Akan saling melupakan lalu saling teringat.
Aku mungkin tidak seberuntung teman-temanku. Aku ini mahasiswa tingkat 3 yang masih nyangkut di tingkat 2, karena alasan aku pernah cuti. Namun kebijakan perti yang mengharuskan satu angkatan Praktek Lapangan bareng-bareng, maka sebagai angkatan 2013 aku harus mengikuti kebijakan ini. Dengan beberapa mata kuliah syarat yang masih belum terpenuhi aku merasa masih belum siap untuk terjun ke industri. Tapi, ya gimana nanti saja. Usaha dulu aja.
Saat di tanya mau Praktek Lapangan dimana oleh dosen pembimbing, aku mantap menjawab di daerah Jawa Tengah. Ya mungkin kerja pun aku akan disana. Sebenarnya aku memilih daerah Jawa Tengah adalah karena aku ingin melihat seperti apa pabrik tekstil disana dan memperluas relasi saja sih. Rasanya terlalu mainstream jika harus jawa barat terus. Aku memang tidak jago, IPK aku pun bisa di katakan sangat pas-pasan. Namun, aku punya mimpi, aku ingin jadi bagian dari kemajuan tekstil di jawa tengah, agar tekstil indonesia bisa lebih kuat menghadapi gempuran produk luar negeri. Jangan sampai ada kesan 'jawa barat sentris'.
Lulusan Politeknik STTT pun banyaknya bekerja di jawa barat, dengan alasan UMR disini lebih tinggi di banding jawa tengah. Aaah aku benci dengan segala alasan yang berhenti di uang. Kenapa harus uang, uang dan uang?. Money is not everything. Hidupku sudah banyak diciderai oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan uang. Mulai dari hal sepele seperti cinta sampai hal besar seperti SPP. Untuk orang yang sudah pernah terluka parah karena uang, aku sadar bahwa uang bukan segalanya. Aku masih bisa sekolah sampai saat ini bukan karena uang, tapi karena aku punya banyak teman yang alhamdulilahnya sangat menyayangiku.
Sekarang, setiap do'a di sholatku, aku tidak meminta rejekiku dalam bentuk uang kepada Alloh SWT. Aku meminta banyak teman, banyak sodara, banyak sahabat dan banyak relasi. Jadi uang bukan segalanya, buanglah jauh-jauh pemikiran itu.
Aku berpikir bahwa Semakin banyak uang yang kamu punya, semakin sedikit waktu yang kamu punya, dan semakin sedikit waktu yang kamu punya maka sebenarnya kamu tidak punya apa-apa.
Namun pilihan hidupmu terserah kamu. Aku hanya mengutarakan persepsiku. Maaf jika ceritanya terlalu menggebu-gebu. Haha.
Jadi begitulah kira-kira kenapa aku memilih untuk Praktek Lapangan di jawa tengah.
Kembali pada kopi.
Kopiku sekarang sudah sedikit manis. Sendokku sudah mau untuk menyentuh gula sekarang.
Hmmm persis seperti hidup kita di dunia.
Hal-hal pahit tidak menciptakan manis. Namun, hal-hal pahit dapat membuat kita berbuat sesuatu untuk menciptakan sesuatu yg manis.
Kesendirianku, ketidaksempurnaanku, perempuan-perempuan yang tidak menganggapku ada dan beberapa pengkhianatan, rasa cemburu, rasa bersalah,tidak memaafkan diri sendiri, penyesalan, merasa bodoh dan goblog, cacian, sindirian-sindiran pedas, nilai E, hidupku, seluruhnya adalah kopi. Yang harus aku biasakan, agar ada 'ah' nya. Yang membuat aku melakukan sesuatu agar ada manis-manisnya.
Terimakasih Kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar