Sabtu, 09 Januari 2016

Dia 2


Dia. Kehidupan di otakku menyebutnya jingga. Mengapa? Karena aku selalu menemuinya ketika matahari hendak mati menuju malam. Dia selalu bersama teman-temannya mengurusi rapat ini dan itu di sebuah kampus yang kecil namun sangat merdu dalam lagu-lagu kenangan.

Dia sebuah revolusi keterbatasan pandangan. Dia yang membuatku bertahan sangat lama. Dia formalin dan boraks terbaik di dunia. Dia mampu membuatku bertahan sekian waktu lamanya. Dia adalah film komedi-romantis pertama yg membuatku kuat duduk menahun. Menyaksikan dia tertawa lalu berpaling ketika ada aku. Menyaksikan dia bahagia bersama lelaki lain. Menyaksikan chat-chat manis dengannya. Menyaksikan dia yang berandai-andai mendapatkan lelaki sempurna yang datang dari perut langit, menembus atmosphere dan menjemputnya dengan pegasus. Menyaksikan dia menangis di dasar malam, lalu berbohong setelahnya, dia tertawa. Menyaksikan dia terbengkalai dan terabaikan. Menyaksikan film ini dengan tatapan kosong.

Dia adalah senyawa yang tidak terindentifikasi. Bereaksi dengan pikiranku menjadi sebuah karya. Karya yang selalu dia balas dengan haha makasih saja. Bereaksi dengan khayalku menjadi sebuah do’a. Do’a yang terujar min. 5x24 jam. Bereaksi dengan tubuhku menjadi sebuah sistem imun. Memproteksi senyumannya agar tidak terlalu merusak gula dalam darah. Bereaksi dengan sebuah ide menjadi sebuah kreativitas. Kreativitas untuk membuat hal-hal sederhana untuk di persembahkan ke dia.

Dia menjadi air dalam kopi. Mengikat rindu menjadi koloid, mengkohesi rasa hingga tak bisa lepas. Dia pegangan dalam sebuah rotasi, dia menjadi sentrifugal saat aku menjadi sentripetal, dia melengkapiku. Tanpanya, putaran ini akan membuatku terpental.

Dia peraih panasonic globel awards untuk kategori wanita dengan senyum termanis. Wanita dengan nada bicara teramah dan wanita dengan hati terbijaksana.

Dia adalah mata uang yang tidak bisa membeli apapun. Dia adalah tawa yang tidak menghibur siapapun. Dia adalah air mata yang tidak menyentuh apapun. Dia adalah seorang diri yang biasa saja, bagi orang lain. Namun bagiku, dia adalah anonim dari apa yg orang anggap.

Dia lebih dari sekedar wanita yang tercipta dari 2 orang yg jatuh cinta kemudian menikah.  Dia lebih dari sebuah air yang bercucuran di pohon embun. Dia lebih dari sekedar rasa bahagia. Dia sungguh unik dan ciamik. Asik dan manis. Lucu dan eksentrik. Dia adalah gelombang longtudinal, terus bergerak semakin besar, semakin luar biasa dan semakin tak terhingga. Dia adalah mimpi yg indah. Dia adalah bidadari yg tersembunyi di balik keabsurdannya. Dia adalah lagu untuk perempuan yang sedang di pelukan. Dia adalah pemegang saham tertinggi dari setiap alhamdulilah yang aku ucapkan.

Mencintaimu selama apapun bukan masalah untukku. Tidak memilikimu akhirnyapun bukan masalah untukku. Aku hidup sekarang dan aku mencintaimu di sekarang yang sekarang. Aku tidak tau akan berapa banyak sekarang lagi yg akan aku lewati lalu sia-sia hanya untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar