Dia. Kehidupan di otakku menyebutnya jingga. Mengapa? Karena
aku selalu menemuinya ketika matahari hendak mati menuju malam. Dia selalu
bersama teman-temannya mengurusi rapat ini dan itu di sebuah kampus yang kecil
namun sangat merdu dalam lagu-lagu kenangan.
Dia sebuah revolusi keterbatasan pandangan. Dia yang
membuatku bertahan sangat lama. Dia formalin dan boraks terbaik di dunia. Dia
mampu membuatku bertahan sekian waktu lamanya. Dia adalah film komedi-romantis
pertama yg membuatku kuat duduk menahun. Menyaksikan dia
tertawa lalu berpaling ketika ada aku. Menyaksikan dia bahagia bersama lelaki
lain. Menyaksikan chat-chat manis dengannya. Menyaksikan dia yang
berandai-andai mendapatkan lelaki sempurna yang datang dari perut langit,
menembus atmosphere dan menjemputnya dengan pegasus. Menyaksikan dia menangis
di dasar malam, lalu berbohong setelahnya, dia tertawa. Menyaksikan dia
terbengkalai dan terabaikan. Menyaksikan film ini dengan tatapan kosong.
Dia adalah senyawa yang tidak terindentifikasi. Bereaksi dengan
pikiranku menjadi sebuah karya. Karya yang selalu dia balas dengan haha makasih saja. Bereaksi
dengan khayalku menjadi sebuah do’a. Do’a yang terujar min. 5x24 jam. Bereaksi
dengan tubuhku menjadi sebuah sistem imun. Memproteksi senyumannya agar tidak terlalu merusak gula dalam darah. Bereaksi dengan sebuah ide menjadi sebuah
kreativitas. Kreativitas untuk membuat hal-hal sederhana untuk di persembahkan ke
dia.
Dia menjadi air dalam kopi. Mengikat rindu menjadi koloid,
mengkohesi rasa hingga tak bisa lepas. Dia pegangan dalam sebuah rotasi, dia menjadi
sentrifugal saat aku menjadi sentripetal, dia melengkapiku. Tanpanya, putaran
ini akan membuatku terpental.
Dia peraih panasonic globel awards untuk kategori wanita
dengan senyum termanis. Wanita dengan nada bicara teramah dan wanita dengan hati
terbijaksana.
Dia adalah mata uang yang tidak bisa membeli apapun. Dia
adalah tawa yang tidak menghibur siapapun. Dia adalah air mata yang tidak
menyentuh apapun. Dia adalah seorang diri yang biasa saja, bagi orang lain.
Namun bagiku, dia adalah anonim dari apa yg orang anggap.
Dia lebih dari sekedar wanita yang tercipta dari 2 orang yg
jatuh cinta kemudian menikah. Dia lebih
dari sebuah air yang bercucuran di pohon embun. Dia lebih dari sekedar rasa
bahagia. Dia sungguh unik dan ciamik. Asik dan manis. Lucu dan eksentrik. Dia
adalah gelombang longtudinal, terus bergerak semakin besar, semakin luar biasa
dan semakin tak terhingga. Dia adalah mimpi yg indah. Dia adalah bidadari yg
tersembunyi di balik keabsurdannya. Dia adalah lagu untuk perempuan yang sedang
di pelukan. Dia adalah pemegang saham tertinggi dari setiap alhamdulilah yang
aku ucapkan.
Mencintaimu selama apapun bukan masalah untukku. Tidak
memilikimu akhirnyapun bukan masalah untukku. Aku hidup sekarang dan aku
mencintaimu di sekarang yang sekarang. Aku tidak tau akan berapa banyak sekarang lagi yg akan aku lewati lalu sia-sia
hanya untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar