Minggu, 17 Januari 2016

Jawab saja

Duhai dambaan.
Sedang apa kau disana?
Jika tak keberatan, sia-siakan sebentar waktumu untukku.

Mari kita bercengkrama.

Aku ingin kau menjawab semua pertanyaanmu, dalam hati saja, tidak perlu ada percakapan secara langsung. Karena aku tau, pertemuan hanya akan membuat kita saling meng-orang-lain-kan.

Pertanyaan pertama, apakah kau menyukaiku?

Jika iya. Aku sangat bersyukur. Bahwa ternyata rasa suka ini berbalas. Tinggal kita menemukan jalan untuk saling memulai dan saling belajar dari apa yang sudah-sudah. Mungkin di pertemuan yang selanjutnya aku harus memperbaiki sikapku, lebih serius dan harus lebih sabar menghadapimu. Aku janji akan berubah, asal kau bantu aku untuk begitu.

Jika tidak. Aku pun bersyukur. Mengenalmu adalah harta yang cukup untuk aku belajar. Cinta pada manusia memang bukan sesuatu yang hakiki, ada kalanya cinta pada manusia itu mengecewakan. Ya memang begitu. Namun karenamu aku harus berani mencintai. Karenamu aku jadi kebal terhadap di tolak cinta. Aku tidak bersedih, karena caramu mengatakan tidak memberitahuku bahwa jodoh itu tidak akan kemana. Kau mengajarkanku untuk tidak takut kehilangan. Jika kau adalah rezekiku, 1000 kali pun kau katakan tidak, pasti akan ada masa dimana kau katakan 'ya'. Entah itu karena tuhan sedang berbaik hati membalikkan hatimu, atau kau sendiri yang menginginkanku, karena tidak ada lelaki lain yang memperjuangkanmu lebih keras dariku.

Pertanyaan kedua, bagaimana jika kita jodoh?

Jika kau menjawab 'Gapapa. Berarti takdirku adalah kamu'. Terdengar pasrah, namun aku senang. Bahwasannya dalam hidupmu kau hanya akan menikah sekali denganku. Sebagai lelaki aku memang brengsek, kadang aku suka jelalatan liat wanita lain, wajar. Namun, asal kau tau, dalam darahku ini mengalir tanggung jawab. Aku ingin tumbuh dan menumbuhkan anak kita bersamamu. Sampai pada saatnya, kau dan aku berdampingan, mendatangi wisudanya. Aku ingin menghabiskan masa tua bersamamu. Menikmati kopi dan dinginnya udara pegunungan. Aku ingin punya kebun disana, lalu kita berkebun bersama. Aku ingin menanam pohon mangga dan rambutan, biar rindang rumah masa tua kita nanti. Aku ingin ada bangku kayu jati di halaman rumah kita dan hamparan rumput menyangga gunung.

Jika kau menjawab 'ih amit-amit'. Gapapa. Aku sudah sering di gituin.



Pertanyaan terakhir, kapan kau akan mulai berdo'a dan tersenyum setelah membaca ini?

Rabu, 13 Januari 2016

Catatan kecil pendosa yg berdo'a

Selamat pagi gerimis.

Kembali kau memegang seluruh semesta pagiku, seperti biasa, alurnya sudah bisa ku nikmati dalam secangkir gebu yang terombang-ambing dingin. Aku mendengarkan lagu tigapagi yang berjudul tangan hampa dan kaki telanjang.

Aku bersujud tepat saat tuhan memanggil. Deraiku menjadi saksi bahwa aku masih tetap bukan yang terbaik diantara jutaan lainnya. Dosa yang bergelimang membuatku isak-isak rindu pada surga. Harumnya, bahagianya dan orang-orang di dalamnya.

Sujudku membuatku merasa sangat rendah dan tidak ada apa-apanya. Aku hanya seonggok sub atom diantara semesta yang sangat-sangat luas. Aku sangat kecil. Aku tidak berarti apa-apa. Do'aku mungkin tidak menembus langit, karena langit pun penuh dengan awan hitam dosaku.

Namun, jika nanti do'aku menembus langit. Dalam dosa sekian tanpa angka ini, aku berdo'a

Semoga orang tuaku jadi ahli surga. Tempatkan mereka di firdaus, biarkan mereka menikmati manis surga, semoga kelak mereka terbalut sutera dengan wangi-wangi kasturi dan tanpa harus mereka memikirkan kuliah anaknya, pendidikan, hidup yang berat, dan segala keduniawian yg semu namun terasa menyayat. Aku ingin do'a ini yang pertama sampai ke pada-Nya.

Semoga adik-adikku jadi orang yg berguna bagi semua orang. Mampu rendah hati namun dengan ilmu yang tinggi. Dermawan pada semua orang. Dibahagiakan dunianya, di kokohkan di surga. Di kuatkan jiwanya. Semoga adik-adikku tumbuh menjadi tunas bangsa, tumbuh mencetak sejarah dan dirindukan.

Semoga sanak saudaraku diberikan kemudahan. Membangun setiap mimpi dengan rapih dan sukses.

Semoga semua teman-temanku di berikan jalan yg mudah untuk menempuh bukit berbatu hidup yg curam. Di mudahkan cita-citanya dan di sukseskan.

Semoga semua orang di dunia di lancarkan rezekinya dan di berikan ketenangan hati.

Semoga aku lebih baik dari sebelumnya dan do'a yang aku sampaikan berurutan sampai ke langit.

Semoga do'a ini menyerbu langit terus menerus, sampai pada suatu saat nanti, pada suatu malam dimana aku akan mati, ketika aku melihat izrail akan mencabut nyawaku, aku sudah melihat surga dan neraka. Aku melihat semua do'aku terkabul. Lalu aku tercabut selembut kapas.

Pada saat hari kematianku nanti, aku hanya ingin meninggalkan dua anak yang sholeh, dua kalimat syahadat dan senyuman.

Amin.

Senin, 11 Januari 2016

Secangkir Kopi


Secangkir kopi. Aku bukan seorang penikmat kopi. Aku hanya tau mana robusta dan mana arabica. Masalah rasa, jelas aku lebih suka robusta. Tidak ada karena yang bisa aku jelaskan, hanya saja, aku lebih akrab dengan robusta.

Secangkir kopi. Aku masih menyimpan harapan di dalamnya. Dimana kan ku seduhkan kopi untukmu dan untukku. Aku berikan sedikit gula untuk kopimu, karena mungkin kopi yg terlalu pahit tidak akan membuatmu bercerita. Lalu aku bawakan kopi itu dari dapur, ke pelataran rumah kita yang menghadap langsung ke pemandangan kota Bandung. Lampu-lampu yang muncul diantara hitam, sebagai pemanis tambahan dialog malam kita.

Lalu ku serahkan secangkir kopi untukmu dan secangkir kopi untukku. Kita duduk bersebelahan dalam sebuah ayunan panjang. Kau membalut tubuhmu sweater rajut, sementara aku hanya kaos oblong yg sangat biasa saja.

Kopi masih terasa panas, namun tidak ada satupun dari kita yang mulai untuk meminum. Kita jadi bisu waktu itu. Untuk beberapa menit, kita tidak saling menatap, tidak saling menyentuh dan tidak terjadi apapun. Kita hanya melihat pemandangan kota dari kejauhan di tambah riuh bintang-bintang di langit.

Lalu, dengan tangan yang masih memegang cangkir, kau mulai mengangkat kakimu dan bersila. Tiba-tiba, kepalamu menjadi berat sebelah ke kiri, dan menyandarkannya di bahuku. Bahu sebelah kanan.

Aku menoleh ke kanan dan mencium rambutmu yang harum dengan rasa syukur. Tatapanmu masih jauh ke arah kota, namun mulutmu mulai bicara.

“heran yah”

Aku hanya menjawab “hmmm”

“heran aja. Kok kita bisa nikah?”

Aku tidak langsung menjawab. Aku menyeruput kopi yang sedari tadi menatapku dari bawah. Pahit memang, namun hidupku sudah terlalu manis dengan adanya wanita di sampingku ini.

Aku melingkarkan tangan untuk memeluknya dan mencium keningnya dalam.

“itu jawabannya”

Lalu aku kembali menatap kosong ke kota.

Lalu dia menyeruput kopinya, suara yang tercipta dari cangkir dan bibirnya terdengar jelas di telingaku. Aku menikmatinya tersenyum.

“ih kopi buatanmu enak”

“iya. Tadi aku sengaja menambahkan gula, biar muka kamu ngga terlalu pahit.” Aku tersenyum kecil.

“IIIH GOBLOG” dia seblok mukaku dengan kopi. Lalu aku kepanasan dan jadi fireman, lalu aku terbang dan menyelamatkan kejahatan. Yee.

Minggu, 10 Januari 2016

Melatih otak.

Jodohku, mari kita berbicara sejenak. Malam yang kita punya masih panjang. Pagi masih terlalu jauh untuk kita jemput. Jadi, mari kita bicara.

Aku ingin makan singkong rebus sambil makan pizza, terus aku suapi kamu dan membuat semua dunia menjadi permata yang jatuh ke dalam lubang buaya seperti peristiwa G30S/PKI. AKu ingin bersamamu ke karibia terus tenggelam, nyampe-nyampe di panama, berseluncur ke terusan suez dan makan ikan salmon disana. terus keliling ke eiffel, kita maen petak umpet disana. Sungguh, kau sangat menawan, seperti nama sebuah bulan yang sangat puitis untuk membuat sbuah terowongan rindu ke dalam ombak-ombak malam yang membuat kita berpelukan dan saling melemparkan rasa bahagia yang sangat aku dambakan dan aku nantikan yaitu waktu-waku bersamamu.

Aku tidak tau sedang menulis apa, aku mengetik secepat yang aku bisa untuk melatih otakku agar terus berkesinambungan dan menghubungkan neuron di otakku agar aku menjadi orang yang kreatif. Aku selalu ingin makan ikan paus memakai sambal padang terus di kasih bawang goreng dan papperoni di atasnya.  Bersamamu aku ingin menjelajahi bukit himalaya, tapi kita gak pake jaket tebel, karena kita sudah pakai iron man suit, jadi kita gak kedinginan. Lalu akan ku cipatakan iron man suit khusus untuk kamu, warnanya pink dan untukku warnanya transparant, terbuat dari poliester berkekuatan tarik sebanyak 694836 pascal bodo amat gue ga peduli.

Lalu kita saling mencintai hidup bahagia seperti dalam sebuah sinetron cinta cintaan absurd yang merusak mental generasi muda. Lalu kita vakansi ke kutub utara dan menemukan beruang kutub sedang pacaran dengan seekor penguin, nanti anaknya jadi penguinang (penguin peruang), bagaimana mungkin? dua gen yang berbeda bisa menyatu dalam satu cinta. Meskipun begitu, tetap saja aku ingin ke alfamart dan membelikanmu permen karet yang bisa kamu kunyah selama 110 hari tanpa henti seperti cintaku padamu yang tanpa henti.

Manusia memang tercpta untuk saling mencintai, namun kau dan aku tercipta untuk saling melengkapi. Eaaaa. AKu ingin naik gunung bersamamu, lalu kita berenang-renang di awan, dan saling memadu kasih menuju galaxi bima sakti, lalu akan ku bungkus milky way untuk anak kita nanti. Ini apasih ngomongin anak, haha. Mama minta pulsa, orang mama gue gak punya henpon, dasar penipu,kadal bunting,kodok ngeganja,jerapah leher pendek, komodo bakar,mumi party,jangkrik segede gaban,kodok ketek bisul dan polisi pertigaan cicadas !

Jauuuh banget, kaya jarak antara arab saudi dengan arab saudi, muter coy, tapi kalo di rusia ada roti bakar, kayanya di rusia gue bakal jualan martabak deh, soalnya roti bakar sama martabak kan makanan yang selalu berdampingan. Kaya sambel sama pete. Kaya nasi sama sayur. Kaya alfamart sama indomart. Kaya 4 sehat sama 5 sempurna. Kaya aku sama kamu. #Eaaaa

Jangan baper ntar kalo baper sakit hati, udah gitu curhat ke temen terus jadi aib, aib itu semacam mahluk yang tidak dapat kelihatan oleh mata telanjang, jadi matanya harus pake baju, haha. Bajunya baju yang gamis, biar keliatan islami.

Ini aku lagi dengerin lagu tigapagi judulnya erika, erika ini adalah seorang wanita yang aku gatau dan aku bodo amatin karena gak bakal ngarus sama kehidupan barack obama yang lagi memasak bersama patung liberty. Tapi, kamu tau ga kenapa patung liberty berwarna hijau ? itu karena dia terbuat dari tembaga yang di campur dengan semen, jadi ketika terkena paparan sinar matahari yang jaraknya 150 juta km dari bumi, tembaga memuai dan menciptakan hasil warna hijau seperti itu. Gitu. Terus kenapa proses pencelupan yang memakai zat warna direk tidak bisa di minum? iya lah, kan bahaya. Kaya kalo lu parkir depan BIP terus nabrak polisi yang lagi jaga diasana, itu bahaya banget. Ntar di penjara di nusakambangan dan ketemu sama sumanto dan roni bos narkoba yang punya apartemen di dalem penjara. Dasar mafia hongkong, gigi bergerigi, ketek basah, muka istigfar, kemudian jalan tidak selalu lurus, seperti di hatiku, aku tidak lurus ke hatimu, untuk menghindari ngantuk ketika di perjalanan, seperti tol cipali, kepanjangan jadi bikin orang ngantuk di jalan, dan bikin banyak kecelakaan.

Tapi akhirnya, aku sayang kamu. Seperti angin musim semi yang mencintai bunga-bunga.


Udah.
Jadi gue nulis ini ga pake edit,ga pake hapus-hapusan, biarin aja mengalir, lumayan buat ngelatih otak biar IPK 4.00. Makannya kacau kata-katanya. Tapi asik, cobain.

Sabtu, 09 Januari 2016

Dia 2


Dia. Kehidupan di otakku menyebutnya jingga. Mengapa? Karena aku selalu menemuinya ketika matahari hendak mati menuju malam. Dia selalu bersama teman-temannya mengurusi rapat ini dan itu di sebuah kampus yang kecil namun sangat merdu dalam lagu-lagu kenangan.

Dia sebuah revolusi keterbatasan pandangan. Dia yang membuatku bertahan sangat lama. Dia formalin dan boraks terbaik di dunia. Dia mampu membuatku bertahan sekian waktu lamanya. Dia adalah film komedi-romantis pertama yg membuatku kuat duduk menahun. Menyaksikan dia tertawa lalu berpaling ketika ada aku. Menyaksikan dia bahagia bersama lelaki lain. Menyaksikan chat-chat manis dengannya. Menyaksikan dia yang berandai-andai mendapatkan lelaki sempurna yang datang dari perut langit, menembus atmosphere dan menjemputnya dengan pegasus. Menyaksikan dia menangis di dasar malam, lalu berbohong setelahnya, dia tertawa. Menyaksikan dia terbengkalai dan terabaikan. Menyaksikan film ini dengan tatapan kosong.

Dia adalah senyawa yang tidak terindentifikasi. Bereaksi dengan pikiranku menjadi sebuah karya. Karya yang selalu dia balas dengan haha makasih saja. Bereaksi dengan khayalku menjadi sebuah do’a. Do’a yang terujar min. 5x24 jam. Bereaksi dengan tubuhku menjadi sebuah sistem imun. Memproteksi senyumannya agar tidak terlalu merusak gula dalam darah. Bereaksi dengan sebuah ide menjadi sebuah kreativitas. Kreativitas untuk membuat hal-hal sederhana untuk di persembahkan ke dia.

Dia menjadi air dalam kopi. Mengikat rindu menjadi koloid, mengkohesi rasa hingga tak bisa lepas. Dia pegangan dalam sebuah rotasi, dia menjadi sentrifugal saat aku menjadi sentripetal, dia melengkapiku. Tanpanya, putaran ini akan membuatku terpental.

Dia peraih panasonic globel awards untuk kategori wanita dengan senyum termanis. Wanita dengan nada bicara teramah dan wanita dengan hati terbijaksana.

Dia adalah mata uang yang tidak bisa membeli apapun. Dia adalah tawa yang tidak menghibur siapapun. Dia adalah air mata yang tidak menyentuh apapun. Dia adalah seorang diri yang biasa saja, bagi orang lain. Namun bagiku, dia adalah anonim dari apa yg orang anggap.

Dia lebih dari sekedar wanita yang tercipta dari 2 orang yg jatuh cinta kemudian menikah.  Dia lebih dari sebuah air yang bercucuran di pohon embun. Dia lebih dari sekedar rasa bahagia. Dia sungguh unik dan ciamik. Asik dan manis. Lucu dan eksentrik. Dia adalah gelombang longtudinal, terus bergerak semakin besar, semakin luar biasa dan semakin tak terhingga. Dia adalah mimpi yg indah. Dia adalah bidadari yg tersembunyi di balik keabsurdannya. Dia adalah lagu untuk perempuan yang sedang di pelukan. Dia adalah pemegang saham tertinggi dari setiap alhamdulilah yang aku ucapkan.

Mencintaimu selama apapun bukan masalah untukku. Tidak memilikimu akhirnyapun bukan masalah untukku. Aku hidup sekarang dan aku mencintaimu di sekarang yang sekarang. Aku tidak tau akan berapa banyak sekarang lagi yg akan aku lewati lalu sia-sia hanya untukmu.

Minggu, 03 Januari 2016

Dia


Sekarang aku sedang ada di kosan baru. Duduk sendirian di kamar dan mendengarkan lagu barasuara. 

Seharian aku sibuk mengangkut barang dari kosan lama yang sudah ku tinggali selama 1 tahun lebih ke kosan baru yang entah berapa lama aku akan disini.

Dengan perpindahan ini, aku ingin menceritakan banyak hal tentang dia.

Aku mernaruh secangkir kopi di sebelah kiriku, untuk jaga-jaga, seandainya di tengah tulisan aku lupa apakah aku masih mencintainya atau tidak, kopi ini bisa menjawabnya.

Dia. Sungguh aku berterimakasih pada tuhan karena telah membuat dia jatuh pada takdirku, takdir untuk bertemu dan akhirnya aku jatuh cinta. Perjalanannya sangat mudah, tiba-tiba saja perasaan ini ada. Aku tidak memesan apalagi sengaja mencari-cari agar aku bisa mencintainya. Cinta ini muncul seinstan ketika kalian memakan permen dan lalu terasa manis.

Aku jatuh pada setiap ayat-ayat senyumannya yang dia lemparkan pada semua orang. Aku sungguh-sungguh jatuh cinta padanya. Caranya merendahkan suara ketika sedang bicara denganku, sungguh sangat menawan. Bicara yang penuh dengan kebahagiaan.

Sungguh aku sangat mencintainya, aku seperti seorang adam yang jatuh cinta pada hawa. Hari-hariku menjadi indah setelah mencintainya, mata kuliah di empat dinding kelas yang sangat membosankan menjadi taman bunga yang ditiup angin musim semi. SC yang menjenuhkan menjadi sangat mengasyikan karenanya. Dia yang menaburkan bunga-bunga di guguran-guguran hatiku.

Aku memulai hari dengannya dan mengakhiri hari dengannya pula. Setiap hari aku sempatkan menulis beberapa kalimat hanya untuk menceritakannya. Lalu menutup mata dengan do’a yang juga ada namanya.
Lantas apakah dia mencintaiku?

Tidak. Dia tidak mencintaiku.

Dia mencintai seseorang yang lain. Dia mencintai malam yang berhiaskan lampu-lampu romantis. Dia mencintai bulan. Dia mencintai freeport. Dia mencintai riuh penonton di stadion. Dia mencintai minyak di perut bumi. Dia mencintai pisau. Dia mencintai sebuah majalah. Dia mencintai jarak tempuh yg cepat. Dia mencintai gombalan. Dia mencintai kapas berduri. Dia mencintai musim durian di musim dingin. Dia mencintai orang-orangan sawah. Dia mencintai kedinginan.

Sementara aku hanya air yang terlarut manis garam. Putihnya kecap. Jingganya darah. Ramahnya polisi pertigaan cicadas dan hal-hal lain yang lebih buruk dari itu.

Namun, aku sadar. Hati itu bukan masalah pantas tidak pantas. Tapi nyaman tidak nyaman.

Namun, aku sadar. Seharusnya aku mampu membeli, bukan hanya bermimpi. Sekarang, aku hanya sedang tidak punya dinar yg cukup dan itu membuat aku tidak bisa membeli kesempatan. Esok atau lusa, jika ilmuku sudah cukup untuk memapankan, akan ku beli kesempatan itu dengan cara yg sama, seperti yang sedang aku pelajari dari seseorang yang dia cintai sekarang. Akan aku lakukan persis.

Bedanya mungkin hanya pada aku tidak akan sia-siakan orang itu.

Karena tulus ini Cuma aku yang bisa.