Mantap sekali cobaan hidup ini. Gue salah terlalu meremehkan hidup di luar sini. Selama tiga bulan ini gue belum mendapatkan pekerjaan impian gue sebagai Copywriter. Lamar sana-sini di tolak sana-sini. Beberapa waktu lalu juga gue sempet ngelamar ke ardan radio tapi ditolak juga. Semakin ga karuan, gue memenjual produk kecantikan oriflame dan jualan ricebox. Gue semakin kehilangan arah sekarang.
Banyak hal yang pengen gue capai di tahun ini but i've wasted my fuckin 3 months. Apalagi ditambah corona sekarang yang bikin jualan sepi. Gue harus ngapain lagi? Pemasukan gaada, jualan ga laku, Tuhan gue bingung banget.
Ternyata di dalam pencarian ini, selama 3 bulan ini, gue telah menemukan banyak hal bahwa gue gabisa ngukur masa depan dengan penggaris mimpi yang gue punya. Harus dengan meteran Tuhan. Tapi sebenernya gue gapapa, gue masih bisa hidup sehat wal afiat dan gue masih bisa makan.
Gue mulai belajar tentang diri gue sendiri. Gue ga sebegitu PD ternyata di depan banyak orang. Gue minder. Banyak hal yang bikin gue minder diantaranya adalah karena gue ga punya apa-apa dan gendut. Jujur setiap kali gue liat orang-orang disekitar gue mencapai A,B dan C gue selalu menganggap bahwa mungkin nasib baik tidak akan pernah datang ke gue karena gue bukan siapa-siapa. Gue menganggap bahwa i'm not valueable buat ada di masyarakat. Pertimbangan itulah yang membuat Tuhan menahan gue dalam kondisi seperti ini. Gue ga ngerti, ini gue yang bermimpi terlalu tinggi atau mungkin emang porsi rezeki gue emang selalu segini. Dari dulu banget ga pernah kesampean apapun yang gue pengen, malah semakin gila. Apa yang salah dari hidup gue? Kalo dosa yang harus gue tebus banyak, harus menunggu sampai seberapa lama?
Banyak hal yang bikin gue ga percaya diri. Bahwa mungkin saja gue emang ditakdirkan untuk gagal dan ditertawakan oleh banyak orang karena gue ga pernah berhasil meanwhile mereka sudah punya rumah, mobil atau apapun. Gue selalu kalah dalam hal apapun, sekuat apapun gue mencoba. Dunia ini begitu indah dengan ketidakadilannya. Gue sekarang putus asa. Sendirian. Menahan luka berusaha menghentikan pendaharan.
Gue kehilangan arah. Tuhan di atas sana masih belum memberi jalan. Tapi tenang, gue ibadah mah tetep ibadah. Anggep aja ritual harian yg udah kebiasa. Tapi gue bener-bener putus asa.
Sekarang gue numpang di tempat orang lain. Karena gabisa bayar kosan. Malu banget gue, tapi ga punya pilihan. Duit gue kemaren abis buat hidup gue sama keluarga. Apakah jurang yang membuat gue menderita kurang dalam, harus sedalam apa lagi?
Gue pengen normal kaya orang-orang di umuran gue. Punya rumah, menikah dan memiliki keluarga yang sehat. Temen-temen gue tinggal fokus untuk menjadi lebih besar, bukan bertahan untuk setidaknya tidak mengecil lalu hilang seperti gue.
Setiap orang memang punya masalah, gue yakin itu, tapi masalah mereka diringankan mungkin karena mereka punya keluarga ustadz sehingga langit membukakan pintu, atau punya keluarga pejabat sehingga apapun terasa lebih mudah. Tidak seperti gue yang bukan berasal dari keluarga siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Mereka tidak perlu bermimpi besar untuk tetap hidup, mereka sudah punya semuanya. Gue butuh mimpi yang besar sebagai peninabobo saja biar cepat tidur dan air mata bisa berhenti mengalir.
Padahal setau gue, gue selalu berusaha baik ke orang-orang. Berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Gue menjadi orang yang menghibur mereka dalam keadaan sedih atau senang. Gue berusaha selalu ada untuk mereka apapun kondisinya. Tapi, gue bingung apa lagi yang hidup pengen dari gue? apa lagi? Gue udah kehilangan segalanya. Berat banget hidup kalo bukan siapa-siapa.
Banyak hal yang pengen gue capai di tahun ini but i've wasted my fuckin 3 months. Apalagi ditambah corona sekarang yang bikin jualan sepi. Gue harus ngapain lagi? Pemasukan gaada, jualan ga laku, Tuhan gue bingung banget.
Ternyata di dalam pencarian ini, selama 3 bulan ini, gue telah menemukan banyak hal bahwa gue gabisa ngukur masa depan dengan penggaris mimpi yang gue punya. Harus dengan meteran Tuhan. Tapi sebenernya gue gapapa, gue masih bisa hidup sehat wal afiat dan gue masih bisa makan.
Gue mulai belajar tentang diri gue sendiri. Gue ga sebegitu PD ternyata di depan banyak orang. Gue minder. Banyak hal yang bikin gue minder diantaranya adalah karena gue ga punya apa-apa dan gendut. Jujur setiap kali gue liat orang-orang disekitar gue mencapai A,B dan C gue selalu menganggap bahwa mungkin nasib baik tidak akan pernah datang ke gue karena gue bukan siapa-siapa. Gue menganggap bahwa i'm not valueable buat ada di masyarakat. Pertimbangan itulah yang membuat Tuhan menahan gue dalam kondisi seperti ini. Gue ga ngerti, ini gue yang bermimpi terlalu tinggi atau mungkin emang porsi rezeki gue emang selalu segini. Dari dulu banget ga pernah kesampean apapun yang gue pengen, malah semakin gila. Apa yang salah dari hidup gue? Kalo dosa yang harus gue tebus banyak, harus menunggu sampai seberapa lama?
Banyak hal yang bikin gue ga percaya diri. Bahwa mungkin saja gue emang ditakdirkan untuk gagal dan ditertawakan oleh banyak orang karena gue ga pernah berhasil meanwhile mereka sudah punya rumah, mobil atau apapun. Gue selalu kalah dalam hal apapun, sekuat apapun gue mencoba. Dunia ini begitu indah dengan ketidakadilannya. Gue sekarang putus asa. Sendirian. Menahan luka berusaha menghentikan pendaharan.
Gue kehilangan arah. Tuhan di atas sana masih belum memberi jalan. Tapi tenang, gue ibadah mah tetep ibadah. Anggep aja ritual harian yg udah kebiasa. Tapi gue bener-bener putus asa.
Sekarang gue numpang di tempat orang lain. Karena gabisa bayar kosan. Malu banget gue, tapi ga punya pilihan. Duit gue kemaren abis buat hidup gue sama keluarga. Apakah jurang yang membuat gue menderita kurang dalam, harus sedalam apa lagi?
Gue pengen normal kaya orang-orang di umuran gue. Punya rumah, menikah dan memiliki keluarga yang sehat. Temen-temen gue tinggal fokus untuk menjadi lebih besar, bukan bertahan untuk setidaknya tidak mengecil lalu hilang seperti gue.
Setiap orang memang punya masalah, gue yakin itu, tapi masalah mereka diringankan mungkin karena mereka punya keluarga ustadz sehingga langit membukakan pintu, atau punya keluarga pejabat sehingga apapun terasa lebih mudah. Tidak seperti gue yang bukan berasal dari keluarga siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Mereka tidak perlu bermimpi besar untuk tetap hidup, mereka sudah punya semuanya. Gue butuh mimpi yang besar sebagai peninabobo saja biar cepat tidur dan air mata bisa berhenti mengalir.
Padahal setau gue, gue selalu berusaha baik ke orang-orang. Berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Gue menjadi orang yang menghibur mereka dalam keadaan sedih atau senang. Gue berusaha selalu ada untuk mereka apapun kondisinya. Tapi, gue bingung apa lagi yang hidup pengen dari gue? apa lagi? Gue udah kehilangan segalanya. Berat banget hidup kalo bukan siapa-siapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar