Sabtu, 25 April 2020

It's Ok To Say Goodbye

Awal tahun ini aku memiliki pacar, untuk pertama kalinya setelah 10 tahun terakhir. Wow. Pertemuan kita terjadi dari arah yang tidak disangka-sangka.

Selama pacaran kita memiliki banyak waktu untuk bersama, kita piknik ke kebun teh, kita melawan monyet di hutan pinus bersama, nonton bioskop, karokean dan lain-lain.

Namun ternyata banyak perbedaan yang kita miliki selama ini, perbedaan yang memang tidak bisa disatukan. Seperti misalnya sikap, aku yang mencoba untuk memiliki hubungan yang hangat dengan percakapan, dia yang dingin dan tidak bisa mengembangkan percakapan. Selera musik kita. Cara kita menghargai waktu bersama. 

Awalnya aku berpikir bahwa apapun kekurangan dia dalam hubungan ini aku mencoba sebaik mungkin untuk menerima, aku ingin belajar untuk jadi versi terbaik diriku dalam menjadi pasangan. Namun ketika seorang teman memberitahu aku bahwa menghargai pasangan memang penting, tapi jangan sampai melupakan dirimu. dari situ aku sudah mulai sadar bahwa kita memang beda.

Akhirnya aku mencoba untuk mengkomunikasikan apa yang aku rasakan dan dia setuju-setuju saja. Setelah beberapa waktu, dia tetap saja seperti itu, dari situ aku sudah yakin bahwa kita memang beda.

Lalu pada suatu malam, kita berdiskusi lagi, setelah emang setelah berdiskusi banyak, ternyata prioritas kita berbeda, akhirnya kita sepakat untuk tidak bersama lagi. Kita berpisah dengan baik-baik.

Pesan yang ingin aku sampaikan adalah it's ok to say goodbye.

Banyak orang yang terjebak pada hubungan yg tidak sehat karena terlalu takut untuk melepaskan. Padahal, kamu juga berhak bahagia. Cinta itu hubungan dua arah. Dalam sebuah hubungan, saat kamu mencintai seseorang, kamu juga harus merasa dicintai.

Bila kamu merasa tidak dicintai, maka komunikasikan, jika pasanganmu mencintai kamu juga, dia akan berusaha untuk berubah, jika tidak berubah berarti memang tidak cocok. Jangan dipaksakan sebelum terlalu jauh. Tidak semua kepingan puzzle harus ditemukan dalam sekali coba.

Mungkin berat karena sudah terlampau melewati waktu yang lama dengannya, namun coba tanyakan ini kepada dirimu, karena yang tau kamu adalah kamu sendiri. "Jika saya menikah dengannya, apakah kekurangannya bisa saya terima?"

Menurutku ada juga kekurangan yang bisa kita terima. Misalnya, karena aku orangnya cenderung santai, maka jika pasangan aku keras kepala aku bisa menerima. Karena ketika memikirkan menikah, anggap saja kamu tidak punya kesempatan untuk berpisah. Maka, kamu harus memikirkan matang-matang, apakah hubungan kamu sudah baik atau malah toxic?

Sayangi dirimu, lalu kamu bisa menyayangi apapun di dunia ini.

Kamis, 23 April 2020

The Pattern Of Life

Sadar atau tidak sadar, hidup kita memiliki sebuah pola. Kadang kita merasakan pernah mendapati diri kita dalam suatu kejadian yang sama seperti sebelumnya atau mendapati diri kita menerima perlakuan yang sama dari orang lain. Ini adalah yang aku sebut dengan The Pattern of Life.

Setiap orang memiliki satu garis hidup yang dia ciptakan setiap kali satu detik dia berjalan ke arah masa depan. Setiap lengkungan atau garis panjang yang dia ciptakan itu adalah sepenuhnya hak orang tersebut, tapi untuk memilih akan bersinggungan dengan garis hidup yang lain itu diluar kekuasaan kita.

Garis demi garis yang diciptakan oleh satu orang ini akan menciptakan sebuah pola. Pola ini tercipta dari pergerakan setiap individu dalam suatu lingkaran yang besar. Lingkaran ini adalah suatu lingkungan dari beberapa orang yang hidup dalam satu bentuk. Lingkaran yang kita punya berbeda-beda, namun yang jelas jumlahnya lebih dari satu karena seiring dengan bertumbuhnya kita, semakin banyak lingkaran yang kita masuki. Namun, hanya ada satu kita dalam sekian banyak lingkaran dan gerakan garis yang kita ciptakan akan sama dalam semua lingkaran.

Lingkaran-lingkaran ini seperti lingkaran keluarga, lingkaran teman SD, Lingkaran teman SMP, SMA dan seterusnya, Lingkaran orang yang pernah kita cintai, lingkaran pertemuan dengan orang dalam suatu event dan banyaak lagi contoh yang lainnya. Jumlah orang dalam satu lingkaran bisa sangat beragam dan jumlah lingkaran yang dimiliki satu orang juga bisa sangat banyak. Tidak hanya yang sudah pernah bersinggungan, lingkaran ini juga bisa saja karena beririsan dengan lingkaran lain, seperti misalnya kita memiliki lingkaran teman SD, dalam satu titik bersinggungan lalu terpisah, dan di titik lain kita bersinggungan lagi, mereka telah membawa lingkarannya masing-masing lalu beririsan dengan lingkaran kita sehingga menjadi sebuah irisan takdir.

Irisan-irisan inilah yang terkadang membuat kita bergabung pada banyak lingkaran baru, jika di zoom out, lingkaran-lingkaran dan irisan-irisan inilah yang akhirnya menciptakan The Pattern Of Life.

Pola ini memiliki kedekatan dengan alam bawah sadar kita, merekam lingkaran mana saja yang pernah kita ciptakan atau lewat irisan mana kita masuk ke lingkaran orang lain. Itulah yang membuat bisa saja sebenarnya semua manusia terhubung, karena mungkin saja orang yang sedang bersinggungan dengan kita pernah bersinggungan dengan orang yang dulu pernah bersinggungan dengan kita. Hmmm belibet ya, tapi paham kan maksudnya?

Garis yang bersinggungan ini berupa ruang, waktu dan kondisi yang sama. Jadi jika kita sedang berada dalam stasiun kereta yang ternyata pada saat itu dan di waktu itu tanpa kalian sadari ada Najwa Shihab disitu, itu bisa disimpulkan kalian dalam satu lingkaran dan bersinggungan dengan Najwa Shihab tanpa kalian sadari. Hebat bukan?

Singgungan adalah sebuah pertemuan yang disengaja atau tanpa sengaja antara satu garis dengan garis yang lain dan berpisah. Sementara jika satu garis dengan garis yang lain bertemu itu dinamakan titik. Titik ini adalah momen bertemunya semua garis dalam waktu yang relatif. Ketika kita masuk sekolah, berarti kita dan teman-teman kita sedang berada dalam satu titik. Kita bisa saja menciptakan/tidak sengaja terciptakan titik dengan garis-garis yang lain. Inilah yang kadang disebut dengan takdir. Takdir ini tidak ada yang kebetulan, karena kita semua pernah bersinggungan, sehingga singgungan itu menciptakan jalan untuk kita akan kemana dan dengan siapa dan bagaimana kita akan bersinggungan dengan keadaan yang akan datang.

Menurutku, takdir adalah The Pattern Of Life yang sedang digambar langsung oleh Sang Maha. Selayaknya seorang seniman yang telah memiliki visi terhadap karya seninya, Sang Maha tau bagaimana pola ini akan menciptakan sebuah pola yang indah. Jadi sebenarnya, in the end, kita adalah karya seni Tuhan yang paling indah.

Jika dipikir, mengapa Tuhan mengatakan bahwa laki-laki baik untuk wanita yang baik, itu karena Sang Maha sudah tau bahwa setiap singgungan yang tercipta akan mengarahkan kita ke titik yang sesuai dengan singgungan-singgungan yang sebelumnya. Karena sebuah karya seni butuh harmonisasi.

Aku jadi teringat ajaran senpai bobo di sebuah kelas buddha bahwa buddha itu mengenal karma. Karma baik maka hasilnya baik. Karma buruk hasilnya buruk. Memang benar, setiap titik yang pernah kita lalui dan singgungan yang kita ciptakan itu akan menghatarkan kita pada titik-titik lain yang memiliki persamaan garis.

Hal buruk yang terjadi sama kita dan Tuhan mengatakan bahwa akan mengampuni hamba-Nya sala satunya lewat ujian mungkin adalah untuk membuat garis ini menemukan titik-titik yang tepat sehingga menghasilkan karya yang indah.

Maka dari itu, jika hidup terasa terlalu berat, anggaplah bahwa kita sedang butuh effort yang lebih untuk melengkung ke arah yang benar daripada lurus di jalan yang salah.

Dan pada saatnya tiba, kita akan bertemu di titik yang indah dengan seseorang yang tepat.

Selasa, 21 April 2020

Tentang Menyerah

Hidup yang berat mengajarkan sesuatu yang selalu orang hindari yaitu menyerah. Dalam keadaan terburuk, rasanya berat untuk memaksakan diri terus bangkit. Terkadang perasaan lelah itu memang harus di redam dengan menyerah. Kita tidak bisa ngotot untuk selalu mencapai apa yang kita inginkan, pada hakikatnya kita hanya berusaha dan saat usaha tidak membuahkan hasil, beristirahatlah dulu sejenak.

Sejenak yang kita ambil membuat kita lebih banyak melihat ruang-ruang yang dulu terlupakan. Membuat kita melihat diri lebih dalam dan melihat kesalahan-kesalahan kecil yang dulu dianggap sepele ternyata setelah terkumpul menjadi sebuah penyesalan yg besar.

Gue sedang berada di titik merasa tidak berguna. Keputusan yang gue ambil untuk keluar kerja karena gue merasa tidak cocok dengan pekerjaan sebelumnya membuat gue berada di posisi ini. Semua plan gue untuk 2020 hancur berantakan. COVID-19 datang tiba-tiba suddenly dimana-mana yang menghantarkan gue jadi ngerasa setidakberguna ini. Keluarga gue mulai kesusahan, tabungan mulai menipis sementara pemasukan sudah tidak ada.

Gue bingung apa yang harus gue lakukan? Akhirnya gue menyerah. Gue menyerah untuk mempunyai ambisi lagi, gue berhenti punya mimpi yang terlalu tinggi.

Mengapa gue menyerah? Ada dua tipe orang di dunia ini. Pertama adalah the bigger one, yang kedua adalah the surviver. Keduanya memiliki kesulitan yang sama dalam kesulitan yang di terima, bedanya adalah kalo The bigger one memiliki posisi yang strategis untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, misalnya punya keluarga yang utuh dan sehat, finansial yang baik, kemampuan sosial yang baik dan masih banyak lagi. Mereka tinggal fokus sama mimpinya, mereka memiliki kesulitan hidup untuk make their dreams come true. Mereka memang diciptakan untuk menjadi lebih besar dari sekarang.

Yang kedua The surviver. Mereka punya mimpi yang sama seperti the big one, tapi sayangnya mereka harus mengubur jauh jauh mimpinya karena cobaan hidup yang lebih banyak seperti keluarga yang bermasalah, keadaan finansial yang kurang dan lain-lain. Sehingga, tugas mereka hanya untuk bertahan hidup, setidaknya tidak habis oleh kehidupan. Meskipun mimpi yang dimiliki oleh keduanya sama, namun The Surviver tidak memiliki posisi yang menguntungkan untuk itu, makannya kadang beberapa orang yang terlihat luar biasa akhirnya menjadi orang yang biasa-biasa saja karena mereka sibuk bertahan, bukan sibuk menjadi besar.

Gue berpikir siapapun bisa jadi The Bigger One, tapi gue salah. Ga semua orang punya keluarga yang baik, kulkas yang penuh dengan makanan dan rumah dengan atap yang nyaman, orang-orang seperti inilah yang akhirnya disebut dengan The Surviver. Mereka pernah punya asa untuk menjadi besar, tapi waktu mereka habis untuk bertahan. Akhirnya yang muncul ke permukaan adalah The Bigger One, orang-orang yang sibuk menjadi besar, bukan The Surviver orang-orang yang sibuk bertahan hidup.

Gue sadar bahwa mungkin gue adalah The Surviver. Gue telah salah persepsi tentang hidup yang Tuhan berikan ke gue. Semua hal yang terjadi sama gue selama ini belum cukup menyadarkan gue bahwa gue bukan The Bigger One, gue cuma The Surviver yang harusnya bergabung dengan orang-orang biasa dan bertahan hidup.

Akhirnya di titik ini gue menyerah. Gue tidak mau berekspektasi terlalu tinggi tentang keinginan gue menjadi penyiar radio, musisi, penulis atau apapun. Gue telah banyak mencoba dan gue gagal. Karena gue ga fokus, harus menahan perihnya lapar sembari berusaha pada mimpi memang sulit. Orang butuh perut yang kenyang agar bisa fokus.

Sekarang, gue kembali ke jalan para Surviver yang seharusnya. Mendekatkan diri pada agama, berusaha untuk menjadi orang baik dan lebih baik dari sebelumnya. Karena untuk orang yang tidak punya apa-apa, hanya agama satu-satunya harta yang dipunyai. Setidaknya meskipun tidak ada nasi untuk dimakan, masih ada harapan untuk dijadikan kawan.

Dulu gue berpikir, temen-temen gue yang biasa-biasa aja ke agama hidupnya fine-fine aja. Sekarang gue sadar, bahwa gue dan temen-temen gue berada di dua sisi yang berbeda. Mereka The Bigger One, sementara gue The Surviver. Yasudah, gue akan melakukan peran gue dengan sebaik mungkin.

Gue pengen beliin rumah untuk keluarga gue, setidaknya mereka bisa merasakan gimana rasanya tidur nyenyak saat hujan dan rumah yang sejuk saat udara diluar begitu terik. Setidaknya mereka bisa merasakan bagaimana rasanya punya kulkas yang penuh dengan makanan. Tapi 25 tahun gue hidup, semuanya terasa semakin berat, karena selama 25 Tahun kemaren gue belum sadar disisi mana gue tercipta.

Sekarang, satu hal yang gue akan lakukan adalah jangan berhenti bergerak. Udah itu aja. The Surviver ga boleh neko-neko dan memiliki harapan yang terlalu tinggi, karena itu porsinya The Bigger One.

Rabu, 01 April 2020

Setelah Tiga Bulan

Mantap sekali cobaan hidup ini. Gue salah terlalu meremehkan hidup di luar sini. Selama tiga bulan ini gue belum mendapatkan pekerjaan impian gue sebagai Copywriter. Lamar sana-sini di tolak sana-sini. Beberapa waktu lalu juga gue sempet ngelamar ke ardan radio tapi ditolak juga. Semakin ga karuan, gue memenjual produk kecantikan oriflame dan jualan ricebox. Gue semakin kehilangan arah sekarang.

Banyak hal yang pengen gue capai di tahun ini but i've wasted my fuckin 3 months. Apalagi ditambah corona sekarang yang bikin jualan sepi. Gue harus ngapain lagi? Pemasukan gaada, jualan ga laku, Tuhan gue bingung banget.


Ternyata di dalam pencarian ini, selama 3 bulan ini, gue telah menemukan banyak hal bahwa gue gabisa ngukur masa depan dengan penggaris mimpi yang gue punya. Harus dengan meteran Tuhan. Tapi sebenernya gue gapapa, gue masih bisa hidup sehat wal afiat dan gue masih bisa makan. 


Gue mulai belajar tentang diri gue sendiri. Gue ga sebegitu PD ternyata di depan banyak orang. Gue minder. Banyak hal yang bikin gue minder diantaranya adalah karena gue ga punya apa-apa dan gendut. Jujur setiap kali gue liat orang-orang disekitar gue mencapai A,B dan C gue selalu menganggap bahwa mungkin nasib baik tidak akan pernah datang ke gue karena gue bukan siapa-siapa. Gue menganggap bahwa i'm not valueable buat ada di masyarakat. Pertimbangan itulah yang membuat Tuhan menahan gue dalam kondisi seperti ini. Gue ga ngerti, ini gue yang bermimpi terlalu tinggi atau mungkin emang porsi rezeki gue emang selalu segini. Dari dulu banget ga pernah kesampean apapun yang gue pengen, malah semakin gila. Apa yang salah dari hidup gue? Kalo dosa yang harus gue tebus banyak, harus menunggu sampai seberapa lama?


Banyak hal yang bikin gue ga percaya diri. Bahwa mungkin saja gue emang ditakdirkan untuk gagal dan ditertawakan oleh banyak orang karena gue ga pernah berhasil meanwhile mereka sudah punya rumah, mobil atau apapun. Gue selalu kalah dalam hal apapun, sekuat apapun gue mencoba. Dunia ini begitu indah dengan ketidakadilannya. Gue sekarang putus asa. Sendirian. Menahan luka berusaha menghentikan pendaharan.


Gue kehilangan arah. Tuhan di atas sana masih belum memberi jalan. Tapi tenang, gue ibadah mah tetep ibadah. Anggep aja ritual harian yg udah kebiasa. Tapi gue bener-bener putus asa.


Sekarang gue numpang di tempat orang lain. Karena gabisa bayar kosan. Malu banget gue, tapi ga punya pilihan. Duit gue kemaren abis buat hidup gue sama keluarga. Apakah jurang yang membuat gue menderita kurang dalam, harus sedalam apa lagi?


Gue pengen normal kaya orang-orang di umuran gue. Punya rumah, menikah dan memiliki keluarga yang sehat. Temen-temen gue tinggal fokus untuk menjadi lebih besar, bukan bertahan untuk setidaknya tidak mengecil lalu hilang seperti gue. 


Setiap orang memang punya masalah, gue yakin itu, tapi masalah mereka diringankan mungkin karena mereka punya keluarga ustadz sehingga langit membukakan pintu, atau punya keluarga pejabat sehingga apapun terasa lebih mudah. Tidak seperti gue yang bukan berasal dari keluarga siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Mereka tidak perlu bermimpi besar untuk tetap hidup, mereka sudah punya semuanya. Gue butuh mimpi yang besar sebagai peninabobo saja biar cepat tidur dan air mata bisa berhenti mengalir.


Padahal setau gue, gue selalu berusaha baik ke orang-orang. Berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Gue menjadi orang yang menghibur mereka dalam keadaan sedih atau senang. Gue berusaha selalu ada untuk mereka apapun kondisinya. Tapi, gue bingung apa lagi yang hidup pengen dari gue? apa lagi? Gue udah kehilangan segalanya. Berat banget hidup kalo bukan siapa-siapa.