Namanya juga cinta. Jika di suruh bercerita, mungkin
beberapa orang akan bingung darimana harus memulai. Tapi kalo gue yang di suruh
bercerita, gue tau darimana gue harus memulai.
Namanya lara, begitulah gue menamainya. Dia adalah seorang
wanita berdarah sunda jawa yang sangat mempesona. Jika sedang berbicara,
kata-kata yang terucap seperti siraman rohani, bikin adem. Jika sedang
berjalan, dia selalu tersenyum, seolah dia adalah manusia yang paling tidak
punya masalah di seantero galaxi bimasakti ini. Dia adalah sosok manusia hampir
sempurna yang mungkin sengaja tuhan ciptakan untuk membuat salah satu mahluk di
dunia jatuh cinta. Mahluk itu bernama gue.
Gue adalah teman satu kampusnya dia. Namun kehidupan kita
berbeda. Gue yang lebih sering ngumpul sama orang-orang yg merupakan penjelmaan
seluruh ketidakjelasan dunia, sementara dia gaulnya sama cewe pinter yang hits.
Di gengnya, ada mantan juara olimpiade nasional, ada yang pernah ke swiss
karena pertukaran pelajar, ada yang suka bikin jurnal sampai pernah di terbitin
di majalah anu, itu majalah jurnal dunia yang paling bagus dan banyak dicari.
Sementara di geng gue Cuma sekumpulan orang yg suka narasi gak jelas sambil
pegang mic di hadapan banyak orang yg gak jelas juga. Iya, kita stand up
comedian atau biasa di sebut comic.
Sebuah keadaan yang sangat dramatis jika akhirnya gue,
seorang lelaki gak jelas dan cenderung aneh ini akhirnya jatuh cinta pada gadis
manis berotak einstein.
Semua ini bermula pada sebuah dzuhur di 13 Oktober 2013. Waktu
itu gue menunaikan sholat dzuhur, 4 rakaat dan di awali dengan niat. Setelah
salam dan dzikir sebentar lalu gue tiduran di masjid. Kebetulan di belakang tempat
ikhwan sholat adalah tempat ahwat sholat. Tanpa sengaja gue tiduran menghadap
ke arah belakang. Disana ada seorang gadis bermukena sedang menghadap
penciptanya. Bermata sayu dia melafalkan setiap bacaan sholat. Dalam hati gue
bergumam “Gile, asooy, amboii, ternyata sekarang bidadari juga bisa kuliah.
Kayanya mau jadi S1, biar kasta kebidadariannya naik satu level”. Lalu
disitulah pertemuan jatuh cinta pertama gue dengan Lara.
Setelah dia mengucapkan salam, lalu dia mengusapkan kedua
telapak tangannya ke wajah manisnya. Dia tak sedikitpun melihat cowo yang
sedang tiduran mentafakuri ciptaan Tuhannya. Lalu dia melepas mukena yg dia
pakai dan mulai keluar masjid bersama geng hitsnya. Meskipun semua cewe di
gengnya cantik-cantik, tapi entah kenapa dia yang paling bersinar sendiri.
Rasanya gue selalu pengen pake kacamata item tiap ketemu dia. Rasanya pengen
gue pengen mengganti matahari sama dia, soalnya dia mah bersinarnya bikin adem.
Lalu gue berfantasi lebih.
Jika seandainya suatu saat gue pacaran sama dia, gue pengen
ajak dia flying fox dari menara eiffel ke istana buckingham. Lalu gue ajak dia
mengarungi samudra pasifik sampai ke atlantik dan menyaksikan megahnya milky
way langit atlantik. Lalu gue ajak dia menikmati ramen panas di musim dingin
jepang yg bersalju. Lalu gue ngajak dia berdansa di italia, menikmati alunan
musik klasik sambil perlahan membisikan “kamu adalah pemeran utama dalam setiap
adegan rindu di khayalku”. Lalu kita ke venesia, menikmati sore sambil memakan
pizza yang di bumbui dengan tawa manismu yang tercipta karena jokes-jokes
ringan dari gue yg lihai melucu ini. Lalu kita ke cebu di philipina dan
menikmati setiap jengkal cinta yg membuat kita bersama disana. Hingga akhirnya
kita kembali ke indonesia dan bertemu dengan jokowi untuk penobatan pasangan
paling cocok nasional.
Lalu kita pulang ke bandung dan menikmati susu murni KPBS
pengalengan di alun-alun sambil menatap senja disana.
Gue sudah memikirkan banyak hal tentang dia.
Hari itu adalah harinya dia. Gue mengintip di sela-sela
jendela saat dia sedang belajar. Dia tidak menyadarinya. Mungkin dia juga tidak
menyadari bahwa dia benar-benar manis.
Hari itu, gue jadi manusia yang jatuh cinta sejadi-jadinya.
Andai gue adalah sebidang tanah, mungkin bunga-bunga dari seluruh dunia sudah
tumbuh. Andai gue langit senja, mungkin angin gunung sedang turun ke
dataran dan menyejukkan orang-orang yang sudah lelah bekerja. Andai gue pohon
nangka, mungkin gue akan berbuah apel. Andai gue COC, mungkin sekarang gue sedang war dan meraup elixir sebanyak 2 jt. Namun gue hanya manusia yang hanya
bisa mewakili rasa bahagia dengan alhamdulilah.
Alhamdulilah, gue jatuh cinta.
Ketika gue di parkiran hendak berjalan pulang. Dia datang.
Gue deg-degan. Lalu dia tersenyum sambil berlari kecil. Gue hampir mimisan.
Semakin dia mendekat semakin gatau gue harus ngapain. Tapi dia melewati gue dan
mendaratkan satu kecupan di pipi lelaki bermotor ninja yang berjarak sekitar 1 meter dari tempat gue terluka. Lalu gue
melihat lara naik motor ninja itu dan tertegun gue memandang kiamat subro di
depan mata. Yang tersisa waktu itu hanya, wangi parfumnya yg bercampur dengan
parfum si kampret dan sepatu bolong karena terlalu banyak di pakai berjalan
kaki dan dia lagi hamil. Wah ternyata dia sudah menikah. Waah absurd. Waah pada nyesel deh.
Akhirnya kisah cinta ini selesai dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.