... Waktu itu gue adalah orang paling bahagia di dunia. Selepas pulang dari konser maliq and d'essentials, gue tidak mau langsung tidur. Gue ingin bermanja-manja sebentar untuk waktu yang lama. Gue liat langit malam yang cerah dan beberapa titik air di kaca jendela yang membiaskan lampu-lampu taman sisa dari hujan tadi sore. Seolah gue pengen mereka semua tau ada pelukan yang membahagiakan yang gue terima hari ini. Seolah gue pengen mereka tau bahwa harum parfum Dewi menempel permanen di jaket gue.
Jatuh cinta ini lebih indah dari apapun. Kacau.
Lalu gue membawa hp yang sedari tergeletak di kasur dan mengetik sebuah pesan singkat
"Hai kerinduan. Terimakasih untuk bahagia yang belum ditemukan satuan ini. Sehingga aku tidak tau satuan apa yang harus ku sematkan untuk mewakili kata sangat. Selamat malam :)"
Namun Dewi tidak membalas. Mungkin dia sudah tidur. Mungkin juga dia tidak mau menyalakan HP nya karena sedang sibuk menulis diary tentang hari ini bersama gue. Mungkin juga dia sedang curhat ke Ibunya sambil mengurai rambut panjangnya. Semua kata mungkin menjadi sangat indah saat ini. Menjadi sangaaat ... Ah jadi malu.
Matahari terbit dari arah timur seperti biasanya. Embun yg masih belum jatuh dari ujung daun menambah manisnya hari gue, yang malah bangun terlalu pagi.
Hari itu, gue jadi ahli senyum terbaik di dunia. Lalu gue memasak satu porsi Nasi Goreng yang di hias dengan acak-acakan untuk di berikan ke Dewi. Si ibu pun bertanya-tanya kenapa anaknya jadi seperti gak waras gini. Sampai dia gak percaya kalo gue adalah anaknya. Namun siapa peduli, gue lagi seru jatuh cinta kok.
Tiba di sekolah gue berjalan dengan kepala yang terdongkak ke atas karena tidak kesiangan, wakasek yang sudah mempunyai rutinitas menghukum gue harus kehilangan rutinitasnya sekarang. Gue duduk dengan manis di bangku sekolah sambil mendengarkan musik sambil menunggu si manis datang. Lagu-lagu dari Maliq and D'essentials semua.
Dari arah pintu masuk, terlihat Dewi datang di sela-sela cahaya matahari jam 07.45 WIB yg menyelusup ke dalam kelas. Gue menunggu dia dengan manis di bangku, lalu dia menghampiri gue. Tersenyum. Dan mengucapkan selamat pagi.
Dia duduk di depan gue, lalu dia cerita dengan tas yang belum sempat dia simpan. Katanya, semalam dia ngga bisa tidur karena keasyikan menulis cerita di Diarynya. Sampe 4 Halaman. Terus dia juga meminta maaf karena belum sempat bales sms gue, dia sedang ngga ada pulsa.
"Kamu tau ga? Aku bikinin sesuatu loh buat kamu." Ucap gue yg mencoba masuk di sela-sela obrolannya.
"Emmm apa itu?" Dengan muka yg penasaran.
"Aku bakal kasih ke kamu, tapi ada syaratnya."
"Ih apaan sih pake syarat-syarat segala. Kamu tuh kaya pemerintah yang lagi buka CPNS tau ga sih" Senyumnya mengembang menjadi sangat manis dengan status bencana.
"Haha. Bisa aja kamu. Gampang kok syaratnya. Pulang sekolah kamu temenin aku ke toko buku yuk? Aku mau beli bukunya Harold Robbins nih."
"Siapa tuh?"
"Dia penulis. Aku mau beli bukunya yg The Carpetbaggers. Novel lama sih, cuma katanya bagus."
"Emmm boleh deh. Lagian kebetulan aku lagi gak ada kegiatan sih hari ini"
"Asiiik. Nih hadiahnya. Nasi Goreng Spesial Cinta ala Chef Sandi" Dengan menyodorkan sebuah kotak nasi yg berisi nasi goreng. "Buat makan nanti siang. Semoga kamu suka yah." Lanjut gue.
"Iih so sweet. Tapi kamu ga usah repot-repot bawain aku ginian. Ga enak kan jadi ngurangin jatah makan kamu di rumah"
"Perutku perutmu kok. Jadi asal kamu kenyang, aku juga kenyang" Najis sih, tapi siapa peduli, lagi seru jatuh cinta soalnya.
"Ah dasar cowo gombal. Ya udah makasih yah. Aku ke bangku aku yah. Dadaaah" Dewi melambaikan tangan.
'Dadaaah' yang sebenarnya tidak perlu untuk jarak sedekat itu. Tapi, ya, cinta.
Satu persatu mata pelajaran gue lewati dengan bahagia. Setelah semuanya terlewati, gue menghampiri dewi.
"Yuk !"
"Yuk!"
Lalu kita berdua boncengan dengan mengendarai sang motor legendaris di jalanan yang hanya milik kita berdua. Dewi duduk menyamping dan melingkarkan satu tangannya di pinggang gue. Gue hanya bisa tersenyum sambil memberi kabar pada angin-angin nakal yg lewat meng-swiit-swiiw-kan gue.
Sesampainya di toko buku, gue langsung mencari buku yang gue cari. Pas di liat harganya, ternyata duitnya gak cukup. Maklumlah kantong anak SMA waktu itu tidak setebal kantong anak SMA sekarang.
"Emmm yang ... Duit aku gak cukup nih. Gimana kalo kita patungan? Buku ini jadi milik kita berdua deh. Tapi aku dulu yah yg bacanya"
"Boleh boleh. Nanti gantian yah bacanya."
"Baiklah. Okelah kalo begitu. Ayo kita ke kasir."
Teamwork yang manis,bukan?
Lalu gue pulang dengan sekantung buku dan membonceng seorang dewi.
Gue antarkan dia pulang ke rumah. Lalu ucapan sampai jumpa besok dan selamat tinggal mengakhiri pertemuan kita untuk hari itu.
Gue pulang dengan headset yg terpasang di telinga. Gue nyanyi-nyanyi sumringah selama di jalan. Lalu gue melihat bendera kuning di depan rumah Rena. Seketika gue berhenti dan langsung masuk ke dalam.
"Rena .."
Lalu, pelukan yg bercampur air matanya rebah di dada gue.
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar