Setelah kejadian kecupan dewi di halaman rumahku minggu itu. Ada dua kondisi yang menyergap gue dan tak henti-hentinya menyediakan ruang yg cukup buat gue meratapi dilema ini. Di satu sisi gue sangat senang, gue di cintai oleh orang yang sebegitu baiknya sama gue. Di satu sisi gue pengen rena ga berubah. Ga kaya sekarang menjadi canggung dan serba ga enak. Dua keadaan ini tak bisa bersatu seperti minyak bawang dengan kuah indomie rasa ayam bawang yang ada telor di atasnya. Ini sungguh menjadi sangat aneh buat gue. Bagaimana bisa gue bertahan dalam kondisi yang mengharuskan gue menerima perlakuan ini.
Gue biarkan hidup memainkan skenarionya dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi aktor yang di inginkan olehnya. Yaitu dengan membuat dewi semakin lekat dan membiarkan rena semakin jauh.
Untuk kasus ini gue gamau berbuat banyak. Ada masanya bahwa kita sebgai manusia harus membiarkan apa yang terjadi sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi. Kita tidak perlu ngotot kepada siapapun agar apa yang kkta ingin selalu di ikuti. Kita butuh merelakan sesuatu untuk tau bagaimana rasanya merelakan yang sejati.
Seperti apa yang pernah rena katakan suatu saat dimana kita sedang minum kopi di tepi pantai. Kalau tidak salah waktu itu sedang study tour SMP. "Aku ga pernah takut hidup akan kejam kepadaku setelah hari ini, karena aku yakin di luar kehidupan, ada kekuatan yang lebih besar dari itu, yang bahkan mungkin kekuatan itu menyediakan skenarionya agar hidup tunduk kepadanya"
Pada saat ini setidaknya kata-kata itulah yang aku pegang. gue nggak takut jika seandainya suatu saat nanti gue kehilangan dewi dan juga kehilangn rena. Karena mungkin ini skenario yang indah yang diciptakan oleh hidup yang juga diciptakan oleh kekuatan yang lebih besar dari itu.
Seperti biasa, kupacu motor legendarisku dengan kecepatan yang sangat lambat. Bahkan motor gue ini bukan tandingan untuk motor 500 cc nya valentino rossi yang kala itu sering juara motor GP.
Setibanya di sekolah, gue ketemu dewi. Dewi cemberut. Gue tanya kenapa. Dia jawab gapapa. Gue mau jawab gapapa. Dia belum nanya gue kenapa.
Gue bingung.
Gue biarkan hidup memainkan skenarionya dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi aktor yang di inginkan olehnya. Yaitu dengan membuat dewi semakin lekat dan membiarkan rena semakin jauh.
Untuk kasus ini gue gamau berbuat banyak. Ada masanya bahwa kita sebgai manusia harus membiarkan apa yang terjadi sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi. Kita tidak perlu ngotot kepada siapapun agar apa yang kkta ingin selalu di ikuti. Kita butuh merelakan sesuatu untuk tau bagaimana rasanya merelakan yang sejati.
Seperti apa yang pernah rena katakan suatu saat dimana kita sedang minum kopi di tepi pantai. Kalau tidak salah waktu itu sedang study tour SMP. "Aku ga pernah takut hidup akan kejam kepadaku setelah hari ini, karena aku yakin di luar kehidupan, ada kekuatan yang lebih besar dari itu, yang bahkan mungkin kekuatan itu menyediakan skenarionya agar hidup tunduk kepadanya"
Pada saat ini setidaknya kata-kata itulah yang aku pegang. gue nggak takut jika seandainya suatu saat nanti gue kehilangan dewi dan juga kehilangn rena. Karena mungkin ini skenario yang indah yang diciptakan oleh hidup yang juga diciptakan oleh kekuatan yang lebih besar dari itu.
Seperti biasa, kupacu motor legendarisku dengan kecepatan yang sangat lambat. Bahkan motor gue ini bukan tandingan untuk motor 500 cc nya valentino rossi yang kala itu sering juara motor GP.
Setibanya di sekolah, gue ketemu dewi. Dewi cemberut. Gue tanya kenapa. Dia jawab gapapa. Gue mau jawab gapapa. Dia belum nanya gue kenapa.
Gue bingung.