... "Basonya enak yah yang" Seru dewi sambil mengelap bibirnya dengan tissue.
"eemmh iya iya. Enak." Jawab gue sekenanya
"Eh yang, kamu tau gak? Tadi di kantin aku ketemu sama si Nabila. Terus dia kaya nyindir aku gitu karena aku pacaran sama kamu."
"Ooh terus?" Jawab gue dgn muka datar tanpa ada motivasi sedikitpun untuk antusias.
"Iya, jadi dia bilang ke temennya 'eh gosipnya si jomblo udah pacaran sekarang' terus temennya ngejawab 'ah palingan cuma bentaran doang. Kapan sih dia pacaran lama' sambil matanya ngelirik ke aku yang.
"Terus?" Masih dengan muka yang datar.
"Terus aku diemin aja. Tapi pas dia mau keluar kantin, aku jegal aja kakinya. Terus dia jatoh. Hahaha. Malu banget tuh pasti si nabila."
"Hahaha" dengan ketawa yang hanya untuk menghargai ceritanya.
Sebenernya gak nyangka juga sih kalo cewe gue sebegitu parahnya kalo ngerjain orang. Seharusnya gue bangga, karena dia pasti asyik orangnya, tapi waktu itu, gue biasa aja.
"abis ini aku mau es krim dong. Udah gitu kita nongkrong di taman kota yah."
"Gimana kalo kita pulang aja? Lagian langit juga udah mulai mendung."
"kok pulang sih? Aku kan lagi kangen banget sama kamu. Kamu kenapa? Lagi bete yah? cerita dong."
"Ngga kok. Aku gak kenapa-napa. Aku cuma agak gak enak badan aja hari ini"
Alesan yang sangat klasik untuk menghindari pertanyaan yg tidak ingin kita jawab.
"ya ampun. Kamu sakit yah? Aduuh kita ke dokter yuk."
"Udahlah dew. Ga usah lebay"
"kok gitu sih ngomongnya?" dengan muka dewi yg tiba-tiba cemberut.
"mmmaksud aku, aku gapapa, cuma butuh istirahat aja. Maafin aku yah sayang."
"Kamu tuh ya, aku kan khawatir sama kondisi kamu." Lalu bibirnya yg cemberut itu, berubah jadi manyun-manyun manja.
"iya iya. Kita pulang yah sayang?" Ucap gue sambil mengelus kepalanya.
"Ayo. Kamu istirahat yah kalo sampe rumah. Kalo sampe keluyuran, Awas loh !"
"Iya baweel" Jawabku.
Lalu gue menghantar Dewi pulang ditemani oleh gerimis yang terasa hambar.
"Aku pulang yah. Maaf bgt hari ini aku ga bisa nemenin kamu."
"Ya udah gapapa. Yang penting kamu istirahat yah."
Seperti kebanyakan cerita di awal jadian, maaf adalah sesuatu yang murah dan gampang di dapat.
Selama di perjalanan, gue gak bisa fokus sama jalanan. Pikiran gue melambung ke tanda tanya yang entah apa itu. Gue memikirkan ada apa dgn gue sekarang. Kenapa gue gak terlalu bahagia sama dewi? Kenapa gerimis yang seharusnya manis menjadi hambar?. Sampai pada tanda tanya yang ke sejuta, gue masih belum tau jawabannya.
Sesampainya di rumah, gue langsung rebahan di kasur. Menatap langit-langit yang penuh dengan tanda tanya. Lalu gerombolan partikel oksigen yg menjelma sebagai angin membuat gorden yg menempel di jendela kamar terasa hidup. Di luar, hujan menunjukkan magis luar biasanya.
"Rena, apa kabar yah dia sekarang?"
"eemmh iya iya. Enak." Jawab gue sekenanya
"Eh yang, kamu tau gak? Tadi di kantin aku ketemu sama si Nabila. Terus dia kaya nyindir aku gitu karena aku pacaran sama kamu."
"Ooh terus?" Jawab gue dgn muka datar tanpa ada motivasi sedikitpun untuk antusias.
"Iya, jadi dia bilang ke temennya 'eh gosipnya si jomblo udah pacaran sekarang' terus temennya ngejawab 'ah palingan cuma bentaran doang. Kapan sih dia pacaran lama' sambil matanya ngelirik ke aku yang.
"Terus?" Masih dengan muka yang datar.
"Terus aku diemin aja. Tapi pas dia mau keluar kantin, aku jegal aja kakinya. Terus dia jatoh. Hahaha. Malu banget tuh pasti si nabila."
"Hahaha" dengan ketawa yang hanya untuk menghargai ceritanya.
Sebenernya gak nyangka juga sih kalo cewe gue sebegitu parahnya kalo ngerjain orang. Seharusnya gue bangga, karena dia pasti asyik orangnya, tapi waktu itu, gue biasa aja.
"abis ini aku mau es krim dong. Udah gitu kita nongkrong di taman kota yah."
"Gimana kalo kita pulang aja? Lagian langit juga udah mulai mendung."
"kok pulang sih? Aku kan lagi kangen banget sama kamu. Kamu kenapa? Lagi bete yah? cerita dong."
"Ngga kok. Aku gak kenapa-napa. Aku cuma agak gak enak badan aja hari ini"
Alesan yang sangat klasik untuk menghindari pertanyaan yg tidak ingin kita jawab.
"ya ampun. Kamu sakit yah? Aduuh kita ke dokter yuk."
"Udahlah dew. Ga usah lebay"
"kok gitu sih ngomongnya?" dengan muka dewi yg tiba-tiba cemberut.
"mmmaksud aku, aku gapapa, cuma butuh istirahat aja. Maafin aku yah sayang."
"Kamu tuh ya, aku kan khawatir sama kondisi kamu." Lalu bibirnya yg cemberut itu, berubah jadi manyun-manyun manja.
"iya iya. Kita pulang yah sayang?" Ucap gue sambil mengelus kepalanya.
"Ayo. Kamu istirahat yah kalo sampe rumah. Kalo sampe keluyuran, Awas loh !"
"Iya baweel" Jawabku.
Lalu gue menghantar Dewi pulang ditemani oleh gerimis yang terasa hambar.
"Aku pulang yah. Maaf bgt hari ini aku ga bisa nemenin kamu."
"Ya udah gapapa. Yang penting kamu istirahat yah."
Seperti kebanyakan cerita di awal jadian, maaf adalah sesuatu yang murah dan gampang di dapat.
Selama di perjalanan, gue gak bisa fokus sama jalanan. Pikiran gue melambung ke tanda tanya yang entah apa itu. Gue memikirkan ada apa dgn gue sekarang. Kenapa gue gak terlalu bahagia sama dewi? Kenapa gerimis yang seharusnya manis menjadi hambar?. Sampai pada tanda tanya yang ke sejuta, gue masih belum tau jawabannya.
Sesampainya di rumah, gue langsung rebahan di kasur. Menatap langit-langit yang penuh dengan tanda tanya. Lalu gerombolan partikel oksigen yg menjelma sebagai angin membuat gorden yg menempel di jendela kamar terasa hidup. Di luar, hujan menunjukkan magis luar biasanya.
"Rena, apa kabar yah dia sekarang?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar