Selasa, 20 September 2016

Cerbung : Dewi Zakia Maharani (9)

.... Hari Minggu. Surganya hari-hari. Dimana setiap minggu kita bisa melakukan banyak hal. Ada yang berkebun, ada yang olah raga bahkan ada yang sengaja ke empang utk pergi memancing. Minggu membuat dunia menjadi lebih hidup. Karena di hari ini manusia banyak berinteraksi dengan alam. Tapi, gue bukan orang yang selalu punya plan untuk hari minggu. Paling banter kalo pagi-pagi gue nongkrong di jendela, minum kopi sambil sesekali liatin matahari menyusup diantara daun-daun yg bolong karena ulat yg nakal. Bagi gue menghabiskan waktu sendirian kaya gini terasa lebih manis daripada harus pergi keluar.

Seperti biasa, Minggu itu gue menghabiskan waktu seharian di kamar. Baca novel, maen game, dan tiduran. Gue ingin menikmati kemalasan yang indah ini seharian.

Kebetulan waktu itu  gue lagi namatin novel Aggelos karya dari Harry K. Peterson. Ceritanya fiksi gitu dan yang gue suka dari bukunya adalah cara si Harry membangkitkan setiap karakter, cara dia memunculkan masalah dalam setiap adegannya, menurut gue itu keren.

Ceritanya tentang seorang malaikat yang bernama slaven jatuh ke bumi dan hilang ingatan karena mencuri kotak musik ajaib dari surga milik lucifer. Lalu si tokoh utama, Viola di tembak hatinya oleh cupid sehingga dia berjodoh dengan slaven, namun hubungan asmara mereka sangat kompleks, cinta antara mahluk bumi dan mahluk langit yang rumit.

Yang gue suka adalah latar dari novel ini, yaitu selandia baru. Diceritakan dengan sangat apik oleh Harry K. Peterson ini tentang selandia baru yang indah. Oksigen bersih, danau yang jernih dan hal-hal lain yang membuat gue pengen banget kesana.

Waktu itu jam 8 Pagi. Kebetulan rumah lagi sepi. Semua orang di rumah lagi pada olahraga di alun-alun kota. Gue males, jadi gue memutuskan buat baca novel aja. Sedang asyik membaca, bel rumah berbunyi. Ah paling rena.

Pas pintu di buka, ternyata bener si rena. Gue sangat senang dia main kesini.
"San ! Numpang nonton kartun dong. Di rumah gue Tv nya rusak"
"Ooh nonton aja"

Sudah seperti rumah sendiri, rena pergi ke dapur lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa makanan ringan.

"Lo kemana aja? Gue jadi jarang liat?" Tanya gue membuka percakapan
"Ya lo ngerti lah san. Gue terpukul banget. Tapi sekarang gue udah ikhlas kok"
"Yang sabar yah ren." Seru gue.
"Apaan si lo, kok jadi lebay gini"

Gue gak menjawab, hanya bisa menyaksikan rena yg manis dengan remah-remah cemilan di pipinya.

Lalu, bel kembali berbunyi. Ah paling bonyok baru balik dari alun-alun. Gue pergi ke depan pintu. Lalu pas gue buka pintu.

"Surepricee !!!" Dewi berdiri di depan gue dengan sepatu sport dan celana training. "Tadi aku abis lari sama temen aku, terus aku minta anter temen aku buat mampir kesini, nih aku bawain kamu kue apem dari pasar, pasti kamu suka !!"

"Ahaha, aduh jadi ngerepotin. Masuk yuk yang. Ada rena juga kok di dalem "
"emm ngga deh. Aku disini aja. Ngapain rena jam segini di rumah kamu?"
"Ooh dia tadi numpang nonton kartun, biasalah anak kecil, kebetulan dia tetangga aku, tuh rumahnya" Tunjuk gue ke rumah rena.
"oh gitu yah. Kok aku baru tau yah?"
"iya maaf, aku belum sempet cerita."
"Ya udah, Eh mamah papah kamu mana?"
"Oh mereka lagi ke alun-alun sama ade aku. Biasa lah."
"Ooh ya udah. Eh katanya kemaren kamu sakit. Gmna sekarang? Udah sembuh?"
"Udah ko. Tapi tadi malem sempet panas gitu sih." Dengan berbohong gue rasa gue bisa menghargai kekhawatiran dewi.
"oh pantes semalem sms aku gak kamu bales. Tapi sekarang udah sembuh kan?"
"Iya maaf ya. Emm mendingan sih"
"Iya gapapa. Eh yang, aku pulang dulu yah. Kasian temen aku udah nungguin."
"ooh yaudah. Hati-hati yah."
"Iya." Jawab dewi, namun dewi masih diam tak beranjak dari tempatnya berdiri.
"Kamu kenapa?" Tanya gue heran.

Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipi gue.
"Aku sayang kamu. Sayaang banget"

Gue hanya diem. lalu senyum. Lalu membalas kecupannya.
"Aku juga sayang kamu"

Setelah itu dewi pulang dengan pipi yang menjadi ranum. Gue malambaikan tangan ke dewi.

Gue diem untuk beberapa saat dengan kue apem yang masih di tangan. Lalu, gue masuk, tapi rena mendadak cemberut dan buru-buru mau pulang.
"Eh lo mau kemana?"
"Gue mau pulang."
"Eh kenapa? Itu kartunnya belum selesai"
"Gamau nonton ! Kartunnya ngeselin." Dengan muka cemberut dan langkah yg cepat dia pergi.

Gue bingung.

Jangan-jangan ... Ah sial !

Minggu, 04 September 2016

Cerbung : Dewi Zakia Maharani (8)

... "Basonya enak yah yang" Seru dewi sambil mengelap bibirnya dengan tissue.
"eemmh iya iya. Enak." Jawab gue sekenanya
"Eh yang, kamu tau gak? Tadi di kantin aku ketemu sama si Nabila. Terus dia kaya nyindir aku gitu karena aku pacaran sama kamu."
"Ooh terus?" Jawab gue dgn muka datar tanpa ada motivasi sedikitpun untuk antusias.
"Iya, jadi dia bilang ke temennya 'eh gosipnya si jomblo udah pacaran sekarang' terus temennya ngejawab 'ah palingan cuma bentaran doang. Kapan sih dia pacaran lama' sambil matanya ngelirik ke aku yang.
"Terus?" Masih dengan muka yang datar.
"Terus aku diemin aja. Tapi pas dia mau keluar kantin, aku jegal aja kakinya. Terus dia jatoh. Hahaha. Malu banget tuh pasti si nabila."
"Hahaha" dengan ketawa yang hanya untuk menghargai ceritanya.

Sebenernya gak nyangka juga sih kalo cewe gue sebegitu parahnya kalo ngerjain orang. Seharusnya gue bangga, karena dia pasti asyik orangnya, tapi waktu itu, gue biasa aja.

"abis ini aku mau es krim dong. Udah gitu kita nongkrong di taman kota yah."
"Gimana kalo kita pulang aja? Lagian langit juga udah mulai mendung."
"kok pulang sih? Aku kan lagi kangen banget sama kamu. Kamu kenapa? Lagi bete yah? cerita dong."
"Ngga kok. Aku gak kenapa-napa. Aku cuma agak gak enak badan aja hari ini"

Alesan yang sangat klasik untuk menghindari pertanyaan yg tidak ingin kita jawab.

"ya ampun. Kamu sakit yah? Aduuh kita ke dokter yuk."
"Udahlah dew. Ga usah lebay"
"kok gitu sih ngomongnya?" dengan muka dewi yg tiba-tiba cemberut.
"mmmaksud aku, aku gapapa, cuma butuh istirahat aja. Maafin aku yah sayang."
"Kamu tuh ya, aku kan khawatir sama kondisi kamu." Lalu bibirnya yg cemberut itu, berubah jadi manyun-manyun manja.
"iya iya. Kita pulang yah sayang?" Ucap gue sambil mengelus kepalanya.
"Ayo. Kamu istirahat yah kalo sampe rumah. Kalo sampe keluyuran, Awas loh !"
"Iya baweel" Jawabku.

Lalu gue menghantar Dewi pulang ditemani oleh gerimis yang terasa hambar.

"Aku pulang yah. Maaf bgt hari ini aku ga bisa nemenin kamu."
"Ya udah gapapa. Yang penting kamu istirahat yah."

Seperti kebanyakan cerita di awal jadian, maaf adalah sesuatu yang murah dan gampang di dapat.

Selama di perjalanan, gue gak bisa fokus sama jalanan. Pikiran gue melambung ke tanda tanya yang entah apa itu. Gue memikirkan ada apa dgn gue sekarang. Kenapa gue gak terlalu bahagia sama dewi? Kenapa gerimis yang seharusnya manis menjadi hambar?. Sampai pada tanda tanya yang ke sejuta, gue masih belum tau jawabannya.


Sesampainya di rumah, gue langsung rebahan di kasur. Menatap langit-langit yang penuh dengan tanda tanya.  Lalu gerombolan partikel oksigen yg menjelma sebagai angin membuat gorden yg menempel di jendela kamar terasa hidup. Di luar, hujan menunjukkan magis luar biasanya.

"Rena, apa kabar yah dia sekarang?"