Patah hati. Mungkin kedengaran sangat najis namun ini nyata. Patah hati memiliki bagian sendiri dalam sebuah ruang yang selalu terbuka bahkan saat kita tidak mau menengok ke arahnya dan ajaibnya, patah hati selalu bisa membuat orang yang menciptakannya tampak begitu sangat mengagumkan. Diaminkan atau tidak, itulah kenyatannya.
Waktu dalam jangka patah hati adalah ketiadaan. Tidak ada waktu. Tidak ada detik-detik yang membuat kita buru-buru ke kampus untuk sesekedar memenuhi absen yang tidak boleh kosong, berjalan-jalan sore dan bermanja-manja dengan cahaya senja sore hari, membaca novel-novel dengan perjuangan si tokoh utama dalam menyelesaikan ceritanya dan tidak ada lagi kasmaran yang selalu bertambah manis setiap kali hendak tidur.
Saat patah hati, aku merasa seperti dalam sebuah fermi paradox. Fermi paradox adalah sebuah kontradiksi atau perkiraan peradaban ekstraterestrial yang tinggi dengan kurangnya bukti dengan dengan peradaban semacam itu. Menurut sejarah, fermi paradox adalah kegundahan Enrico Fermi, seorang ilmuwan pada tahun 1950-an tentang alam semesta yang sangat luas ini namun tidak pernah ada kehidupan lain yang menyentuh kehidupan kita, bahkan bukti-bukti pesawat luar angkasa yang nyasar atau benda asing apapun yg menunjukkan hasil dari sebuah peradaban pun tak ada. Lalu, pada sebuah malam yang di penuhi bintang-bintang, Enrico Fermi tiduran di sebuah padang rumput yg luas, memperhatikannya secara detail, mencoba masuk ke dalam keindahannya, lalu, dia bertanya pada dirinya sendiri "Where is everybody?"
Namun aku bukan Enrico Fermi, IPK aku saja masih pas-pasan, jadi aku sederhanakan aja. Aku merasa sendirian di semesta yang aku sebut sebagai planet bumi. Aku bertanya-tanya namun berputar-putar saja, karena keterbayasan yang membuat aku tidak bisa menemukannya. Lebih tepatnya takdir yang membatasi pertanyaan-pertanyaan itu.
Saat seorang ENFP patah hati, yang aku rasakan aku merasa sendirian. Aku merasa seperti planet bumi dan planet bumi ini adalah alam semesta. Aku sendirian, mencoba sibuk dengan kehidupan dalam tubuhku sendiri padahal ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tentang keterkaitanku sebagai bagian dari semesta. Atau mungkin semesta pun tidak peduli tentang keberadaanku.
Atau juga ada kehidupan lain di luar sana yang juga sendirian, sama-sama mencari hingga akhirnya masing-masing dari kita saling mematahkan fermi paradoxnya, juga mematahkan patah hatinya.
Saat seorang ENFP patah hati, yang aku rasakan aku merasa sendirian. Aku merasa seperti planet bumi dan planet bumi ini adalah alam semesta. Aku sendirian, mencoba sibuk dengan kehidupan dalam tubuhku sendiri padahal ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tentang keterkaitanku sebagai bagian dari semesta. Atau mungkin semesta pun tidak peduli tentang keberadaanku.
Atau juga ada kehidupan lain di luar sana yang juga sendirian, sama-sama mencari hingga akhirnya masing-masing dari kita saling mematahkan fermi paradoxnya, juga mematahkan patah hatinya.
and then, same as Enrico Fermi when he asked to himself,
i ask to my self too
Where is everybody?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar